Page 99 - Berbeda tapi Satu Jua – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten Kolaka
P. 99
KEDERMAWANAN ZAKI
Oleh : Khairul Azzam Ar-Razy H.
Namaku Azzam, aku punya adik bernama Zaki, dia duduk di kelas 2 SD, kami selalu
bermain bersama-sama, tidur bersama, makan bersama, dan melakukan sesuatu bersama-
sama. Tapi, ada yang aku tidak suka dengan sikapnya, dia selalu saja meminjamkan
mainan atau apa saja ke teman-temannya. Padahal barang-barang itu adalah pemberian
orang tua kami, dan dia begitu rela meminjamkan demi teman-temannya.
Waktu itu, pensil baru oleh-oleh Ayah, diberikannya kepada temannya, dengan alasan
bahwa temannya itu kehilangan pensil dan tidak punya uang untuk membeli yang baru.
Waktu aku mengetahuinya, aku langsung memperingati Zaki dan berkata, “aku selalu
memperingatimu, jangan selalu meminjamkan atau memberi barang-barang ke teman-
temanmu, nanti mereka kebiasaan seperti itu terus dan justru memanfaatkanmu,” ujarku
sedikit marah.
“Aku kasihan saja, Kak, dia itu teman sebangkuku, Sebenarnya dia cuma meminjamnya,
tapi aku memberikannya saja, lagian juga, aku masih punya banyak pensil.” Jawabnya
dengan begitu polos.
“Kau itu kelewat baik. Membantu orang itu, sekali-kali aja. Jangan keterusan, nanti
dimanfaatkan.” Balasku.
“Kok, Kakak yang marah? Pensil itu, kan, punyaku. Jadi aku punya hak memakai atau
memberikannya kepada orang lain, selama itu bermanfaat untuk orang lain dan aku tidak
merasa rugi.” Jawab Zaki, membela dirinya.
“Jelas aku marah, karena itu adalah pemberian Ayah, Ayah memberikan itu untukmu.
Kenapa kamu mesti memberikannya kepada orang lain.” Tanyaku.
Tiba-tiba saja, ibu datang, dan melihat kami berdebat. Ibu langsung menanyakan ke
anak-anaknya, “kenapa kalian berdebat seperti ini, suara kalian kedengaran sampai ke
dapur, belajarlah dengan tenang.”
Aku langsung menyahut, “Ibu, Zaki telah memberikan pensil oleh-oleh Ayah dari
Bandung itu kepada temannya.”
Ibu langsung bertanya, kepada Zaki dengan ucapan yang lembut, “apakah benar kamu
telah memberikan pensil itu kepada temanmu, Zaki?”
“Ya, Ibu. Aku memberikannya, sebenarnya dia cuma ingin meminjamnya. Tapi aku
memberikannya saja, sebab dia ingin ikut lomba menggambar, tapi pensilnya hilang, dia
tidak punya uang untuk membelinya, jadi aku memberikan pensil itu.” Jawab Zaki dengan
jujur.
“Oh begitu, Zaki. Kenapa bukan pensil lainnya saja yang kamu berikan kepada
temanmu itu, kenapa mesti pensil oleh-oleh dari Ayah.” Tanya Ibu.
“Aku ingin temanku itu, memakai pensil yang bagus dan terbaik saat mengikuti lomba.
Aku kasihan kepadanya, ayah dan ibunya sudah tidak ada, dia tinggal bersama bibinya,
dia ingin memenangkan perlombaan itu, supaya bisa membeli seragam sekolahnya yang
telah lusuh. Apakah salah memberikannya pensil itu kepadanya, Ibu?” Tanya Zaki.
Ibu terharu mendengar anak laki-lakinya berkata seperti itu, kemudian ia menjawab,.
“tidak sayang, kamu tidak salah. Asal kamu ikhlas, tidak apa-apa. Semoga pensil
77