Page 31 - Majalah UNS - Naik 1
P. 31
GURU BESAR KITA 29
29
kayaknya saya harus ambil (red: program Setelah diterima menjadi dosen,
studi) hukum. Tahun 1998 akhirnya saya setahun kemudian tepatnya pada tahun
mantabkan pilihan (red: program studi) 2005, Prof. Pujiyono lulus dari jenjang
hukum dan saya ambil Ilmu Pengetahuan S2 dengan memperoleh gelar Magister terbentuknya
Campuran (IPC),” pungkasnya. Hukum. Meski lulus dengan tidak mendapat BEM UNS,
Prof. Pujiyono mengatakan, kepu- predikat cumlaude, namun Prof. Pujiyono Prof. Pujiyono
tusannya menempatkan Prodi Hukum berhasil membuktikan kesungguhannya menceritakan jika ia
sebagai pilihan pertama tidaklah sia-sia. dalam belajar dengan lulus lebih awal. bersama rekan-rekan dari
Sebab, saat hari pengumuman tiba, Prof. Tiga tahun setelahnya, Prof. Pujiyono BEM fakultas lainnya pernah
Pujiyono dinyatakan diterima pada Prodi kemudian melanjutkan studi S3 dengan menginisasi pembentukan Forum
tersebut. Rasa bangga dan senang tentu kembali mendaftar di Pascasarjana UNS. Bengawan.
menyelimuti Prof. Pujiyono muda. Dari “Saya lulus S3 3,5 tahun. Alhamduliah “Ketika itu pas awal-awal universitas
teman-teman sebayanya di kampung, cumlaude. Saya masuk (kuliah S3) 2008 belum ada BEM hanya adanya BEM fakultas,
hanya ada 2 orang yang berhasil menembus dan saya lulus awal 2012. Jadi, 3,5 tahun pernah membentuk forum, namanya Forum
ketatnya UMPTN, salah satunya adalah dihitungnya,” imbuhnya. Bengawan. Ketika itu saya koordinator untuk
Prof. Pujiyono. antarBEM fakultas,” tambahnya.
“Senang sekali dan sujud syukur karena Semasa mahasiswa Prof. Pujiyono juga mengakui ia
bisa kuliah. Karena di kampung itu yang Ia menuturkan IPK yang didapat pernah diminta untuk maju sebagai calon
diterima di (red: perguruan tinggi) negeri pada semester I hanya 2,9. Namun, Presiden BEM UNS. Namun, tawaran
itu cuman 2. Saya dan teman saya yang Prof. Pujiyono menceritakan jika dirinya tersebut ia tolak. Sebab, Prof. Pujiyono
dari SMAN 4. Alhamdulillah banget dan terus berusaha menyesuaikan cara belajar ingin menyelesaikan studinya yang sudah
mewah banget kuliah di (red: perguruan dengan ritme kuliah yang pada akhirnya memasuki semester akhir dan tidak ingin
tinggi) negeri,” terang Prof. Pujiyono. mampu membuat IPK-nya pada semester- membebani ibunya.
Sedangkan, karier Prof. Pujiyono sebagai semester berikutnya terus meningkat dan
dosen di UNS, ia mulai pada 2004 silam. Kala dapat lulus dengan predikat cumlaude. Menjadi guru besar termuda
itu, Prof. Pujiyono yang tengah menempuh “Lama-lama bisa beradaptasi dengan Ia menuturkan selama menjadi dosen,
studi S2 di Pascasarjana UNS, mendapat cara belajar kuliah dan seterusnya. Dan, Prof. Pujiyono, hanya menikmati proses yang
informasi jika UNS membuka lowongan bisa cumlaude lulus dan sejak itu sudah ada dan tidak ambisius untuk mendapatkan
dosen. Melalui informasi tersebut, akhirnya berniat jadi dosen,” ucap Prof. Pujiyono. status guru besar.
Prof. Pujiyono langsung mendaftarkan diri. Selama berkuliah di FH UNS, Prof. “Saya juga enggak kemudian harus
“Saya berniat jadi dosen, ya soal sisi Pujiyono mengatakan tidak ada target guru besar. Saya mengalir saja. Saya hanya
idealisme dan macam-macam, saya ingin tertentu yang ia usung. Ia hanya menyiapkan membaca syarat jadi guru besar itu ini.
menemani ibu saya di rumah. Karena kakak kekuatan untuk melalui segala proses selama Kan setiap saat syarat berubah terus. Dulu
saya kerja di luar kota, satu di daerah sekitar menjadi mahasiswa dengan baik tanpa kan punya buku dan segala macam tapi
Jakarta,” ujar Prof. Pujiyono. embel-embel ambisi. kan lama-lama harus jurnal internasional
Hubungan Prof. Pujiyono dengan Baginya, orang yang terlalu berambisi berubah harus jurnal Scopus dan berubah
ibunya terbilang sangat dekat. Sosok ibu akan mudah dikecewakan jika target yang terus,” ujar Prof. Pujiyono.
baginya sangat berperan dan mendukung ia harapkan tidak tercapai. Prof. Pujiyono Prof. Pujiyono mem persiapkan seluruh
kariernya hingga saat ini. menghindari hal ini. Ia menuturkan proses persyaratan untuk menjadi guru besar
Prof. Pujiyono sudah termotivasi untuk yang ia lalui selama menjadi mahasiswa, secara perlahan-lahan. Setelah segala yang
membanggakan ibunya sejak masih ia nikmati dengan baik. diminta terpenuhi, akhirnya Prof. Pujiyono
duduk di bangku sekolah. “Alhamdulilah “Ya okelah kita tetapkan bahasanya mengajukan diri sebagai guru besar.
diterima berkat bantuan doa orangtua, ‘pohon mimpi’ proses to reach your dream. “Saya baca pelan-pelan dan sambil
orang-orang baik, dan banyak pihak Maka prosesnya ini dan ini maka saya akan nulis jurnal. Lha kok kemudian syarat itu
tertentu akhirnya keterima jadi dosen. menyiapkan diri untuk menguatkan kaki sudah terpenuhi untuk saya jadi (red: guru
Mimpi saya dan juga keinginan orangtua saya pada proses yang umumya,” imbuhnya. besar). Secara akademik dan seterusnya
terwujud jadi dosen. Bagi saya itu seneng, Berbicara soal kegiatan diluar aktivitas terpenuhi. Saya ajukan ya setahun di
walau bagi orang itu biasa tapi saya perkuliahan, Prof. Pujiyono ternyata pernah Ditjen Dikti jadi selama setahun bolak-
nganggep ini luar biasa,” ungkap menyandang posisi sebagai Presiden balik sambil dinikmati,” tuturnya. Yefta
Prof. Pujiyono. BEM FH UNS pada tahun 2000. Sebelum Christopherus AS
Majalah UNS
Majalah UNS