Page 119 - E MODUL LEMBAGA KEUNGAN SYARIAH - NADYA MEYLANI HOTMAIDA SIBARANI - 1834021315
P. 119

Lembaga Keuangan Syariah (LKS)  yang telah ditetapkan oleh Menteri  Agama RI.

                       Wakaf uang harus dibuktikan dengan sertifikat.
                             Dalam Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 tahun 2009 tentang Pedoman

                       Pengelolaan  dan  Pengembangan  Harta  Benda  Wakaf  Bergerak  berupa  Uang,
                       sertifikat  dapat  diberikan  kepada  wakafi  yang  telah  mewakafkan  uangnya  paling

                       sedikit  Rp  1.000.000  (satu  juta  rupiah)  dengan  menyertakan  asal-usul  uang  dan
                       identitas lengkap wakafnya. Jumlah umat Islam yang terbesar di dunia terutama di

                       Indonesia  merupaka  aset  terbesar  untuk  penghimpunan  dan  pengembangan  wakaf

                       uang. Jika wakaf uang dapat diimplementasikan maka akan terdapat dana potensial
                       yang dapat dipergunakan bagi kemaslahatan umat. Berdasarkan asumsi Cholil Nafis2

                       jika 20 juta umat Islam Indonesia mau mengumpulkan wakaf uang senilai Rp 100

                       ribu setiap bulan, maka dana yang terkumpul berjumlah Rp 24 triliun setiap tahun.
                             Jika  50  juta  orang  yang  berwakaf,  maka  setiap  tahun  akan  terkumpul  dana

                       wakaf sebesar Rp 60 triliun. Jika saja terdapat 1 juta umat muslim yang mewakafkan
                       dananya  sebesar  Rp  100.000  per  bulan,  maka  akan  diperoleh  pengumpulan  dana

                       wakaf sebesar Rp 100 miliar setiap bulannya (Rp 1,2 triliun per tahun).



                    BADAN WAKAF INDONESIA


                    A.  Pengertian BWI

                             Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang
                       digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran

                       BWI,  sebagaimana  dijelaskan  dalam  pasal  47,  adalah  untuk  memajukan  dan
                       mengembangkan  perwakafan  di  Indonesia.  Untuk  kali  pertama,  Keanggotaan  BWI

                       diangkat  oleh  Presiden  Republik  Indonesia,  sesuai  dengan  Keputusan  Presiden

                       (Kepres) No. 75/M tahun 2007, yang ditetapkan di Jakarta, 13 Juli 2007. Jadi, BWI
                       adalah  lembaga  independen  untuk  mengembangkan  perwakafan  di  Indonesia  yang

                       dalam  melaksanakan  tugasnya  bersifat  bebas  dari  pengaruh  kekuasaan  manapun,
                       serta bertanggung jawab kepada masyarakat.

                             BWI berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat

                       membentuk  perwakilan  di  Provinsi  dan/atau  Kabupaten/Kota  sesuai  dengan
                       kebutuhan.  Dalam  kepengurusan,  BWI  terdiri  atas  Badan  Pelaksana  dan  Dewan

                       Pertimbangan, masing-masing dipimpin oleh oleh satu orang Ketua dan dua orang
                       Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota. Badan pelaksana merupakan
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124