Page 41 - PDF FINAL_20_12_21
P. 41
Pemeta mengunjungi sebagian besar lanskap, biasanya berada pada suatu
transek yang “memotong satuan peta” dengan berkonsentrasi pada daerah
“bermasalah” (daerah dengan hubungan antara lanskap dan tanah sulit
untuk diprediksi).
Di daerah yang memiliki korelasi tanah dan geomorfologi yang kurang jelas,
pengamatan lapangan sangat diperlukan untuk dilakukan delineasi batas
dengan tepat. Dari pengamatan tersebut, diharapkan dapat diperoleh infor-
masi hubungan yang baik antara keragaman internal tanah dengan kenam-
pakan eksternal (fisiografi).
Dalam metode survei bebas, pemeta “bebas” memilih lokasi titik pengamatan
dalam mengonfirmasi secara sistematis model mental hubungan antara
tanah-lanskap, menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta.
Untuk dapat melakukan survei bebas, pertimbangan dan pengalaman
pemeta sangat penting. Di daerah dengan pola tanah yang mudah diprediksi
(sesuai dengan model mental), pengamatan dapat dilakukan lebih sedikit ,
sedangkan daerah lainnya–terutama pada daerah yang bermasalah–perlu
dilakukan pengamatan lebih banyak (lebih detail).
Dengan jumlah sampling yang sama, dapat dihasilkan peta yang baik,
dengan berkonsentrasi pada tanah bermasalah.
Selain ketiga model yang telah dijelaskan, Rossiter (2000) mengemukakan
dua survei tanah yang lain, yaitu (1) survei nonsistematik (nonsystematical
survey) dan (2) survei kontinu (continuous survey).
39