Page 67 - PAI_SISWA
P. 67
A Mari Renungkan
Marilah kita bercermin
pada diri kita sendiri, sudahkah
kita melaksanakan śalat wajib
dengan benar dan sempurna?
Apakah kita juga sudah
mendirikan śalat far«u dan
tidak pernah meninggalkannya?
Marilah kita introspeksi diri
kita sendiri, bahwa śalat yang
kita kerjakan sudah betul atau
belum, sudah khusyuk atau Sumber: Dokumen Kemdikbud
belum. Rasanya di dunia ini yang Gambar 4.2 : Śalat berjamaah
śalatnya sudah benar-benar
khusyuk dan tuma’ninah, adalah śalatnya Nabi Muhammad saja. Mampukah
kita meniru śalat beliau?
Bagaimana kalau ternyata di hadapan Allah Swt śalat kita itu belum dianggap
sempurna? Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk menutupi kekurangan
dalam śalat kita. Maksudnya, kita disuruh menyempurnakan kekurangan-
kekurangan śalat dengan melaksanakan śalat sunnah sebagaimana yang
Rasulullah ajarkan kepada kita. Dengan melaksanakan śalat sunnah tersebut
kita dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt serta menyempurnakan
ibadah kita.
Pelaksanaan śalat sunnah merupakan cerminan tingkat ketakwaan
dan ketawakalan seorang hamba kepada Allah Swt. Dalam melaksanakan
śalat sunnah kita semata-mata mengharapkan rida dari Allah Swt. Śalat ini
menuntut kesungguhan dan tekad yang kuat karena kita harus merelakan
waktu, tenaga, dan harta demi terlaksananya śalat tersebut.
Jadi, sudah jelas bahwa śalat sunnah itu dilaksanakan semata-mata
mengharapkan kedekatan dan rida dari Allah Swt yang akan dijadikan bekal
pada masa yang akan datang. Apalagi, kita menghayati bahwa dengan
melaksanakan śalat bukan sekadar melaksanakan kewajiban. Allah tidak
membutuhkan ibadah kita tetapi kitalah yang membutuhkannya. Kita
berharap agar Allah menerima ibadah kita sehingga kita akan mendapatkan
kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat.
56 Kelas VIII SMP/MTs