Page 5 - Materi E book Kisah Tentara Pelajar Madiun
P. 5

Bangsa  Indonesia,  maka  pada  awalnya  tentara  Jepang  di  terima  dengan  baik  oleh  rakyat

               Indonesia. “Hidup Jepang, Hidup Kaisar, Hidup Indonesia!” pekik Eyang Yusuf menirukan
               rakyat  yang  gegap  gempita  menerima  Tentara  Nippon  yang  katanya  saudara  tua.  Tentara

               Nippon gagah-gagah, seragam militer lengkap dengan senjata bedil yang dipasang belati atau
               disebut bayonet diujungnya, mereka sangat disiplin dan patuh pada perintah komandannya

               dan Tuan Kaisar yang sering disebut dengan Tenno heika” jelas Eyang Yusuf.

                        “Namun setelah Jepang berkuasa di negeri ini, apa yang terjadi? Mereka menindas
               bangsa  Indonesia  dengan  kejam,  lebih  kejam  dari  penjajahan  Belanda.  Semua  laki-laki

               dewasa di wajibkan ikut Romusha, yaitu bekerja dengan Jepang tanpa dibayar bahkan mereka
               tidak  diberi  makan,  akhirnya  banyak  rakyat  yang  mati  kelaparan,  semua  beras  di  ambil

               tentara Jepang dengan alasan untuk membiayai Perang melawan sekutu sehingga rakyat tidak

               bisa menikmati hasil sawah ladang mereka, untuk makan sehari-hari rakyat miskin banyak
               yang  mengkonsumsi  ares  atau  bonggol  pisang  sedangkan  pakaian  juga  sulit  dicari  hingga

               banyak yang terpaksa memakai celana yang terbuat dari karung dan anak-anak sekolah pun
               jarang  di  beri  pelajaran.  Anak-anak  setiap  pagi  disuruh  hormat  pada  Tenno  heika  dengan

               berbaris menghadap ke Timur, kemudian Taiso atau senam seperti militer dan menyanyikan
               lagu  kebangsaan  Jepang  Kimigayo”  segera  Eyang  berdiri,  tangan  dikepal  dan  bernyanyi

               dengan suara lantang, “kimigayo wa chiyo ni yachiyo ni Sazare-ishi no iwao to narite koke no

               musu  made,  he..he..  ya  begitulah  sekolah  zaman  Jepang  sangat  disiplin  dan  harus  patuh,
               kemudian setelah taiso anak-anak biasanya diajak guru mereka atau disebut Sensei ke kebun

               jarak  atau  kebun  kapas  yang  merupakan  tanaman  wajib  bagi  rakyat  di  sini  atas  perintah
               tentara Nippon untuk memenuhi kebutuhan minyak dan pakaian tentara Jepang. Anak-anak

               sekolah  disuruh  metani  atau  memunguti  ulat  dan  menyiangi  rumput    di  kebun  jarak  dan
               kapas.

                       “Hidup pada masa itu sangat susah apalagi bagi rakyat miskin, penyakit kudis, borok

               dan penyakit lain merajalela hingga banyak yang mati tanpa ada bantuan kesehatan. Karena
               waktu  itu  tidak  ada  puskemas,  adanya  rumah  sakit  militer  milik  penjajah  Jepang.  Namun

               kami tetap bersemangat untuk belajar, dan bekerja walaupun kami tidak punya buku, seragam

               yang bagus, sekolah yang megah. Dulu kami belajar hanya dengan alat tulis sabak dengan
               batu  untuk  menulis,  kami  belajar  membaca,  menulis,  menghapal  dan  tidak  lupa  bermain

               dengan semangat dan gembira. Kami juga seperti anak-anak pada umumnya, bermain petak
               umpet, gobag sodor, jamuran dengan ceria.”






                                                                            CREATED BY WIDODO, S.PD     5
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10