Page 8 - Materi E book Kisah Tentara Pelajar Madiun
P. 8

“Perlawanan  Tentara  Republik  Indonesia  yang  dibantu  laskar  pemuda  dan  pelajar

               Madiun  pada akhir tahun 1948 atau sering disebut Agresi Militer II sangat luar biasa, karena
               persenjataan pemuda dan pelajar Madiun cukup lengkap, apalagi di Madiun banyak kesatuan-

               kesatuan  dan  laskar  pemuda  yang  ikut  bergerilya,  diantaranya  Pasukan  TRIP  (Tentara
               Republik  Indonesia  Pelajar),  TGP  (Tentara  Genie  Pelajar),  Mobpel  (Mobilisasi  Pelajar),

               Laskar-laskar Pemuda yang membawa nama daerah atau desa contahnya Persatuan Pemuda

               Pucangrejo,  Laskar  Hisbullah, Sabillilah dan masih banyak lagi. Semuanya ikut bergerilya
               dan selalu berkoordinasi dengan kesatuan tentara, polisi yang sudah ada.”

                       “Pada  waktu  Jepang  menyerah  pada  sekutu  kondisi  Madiun  masih  dikuasai  oleh
               tentara  Kempetai  Jepang  yang  bermarkas  di  Jalan  Pahlawan  (red:  markas  Korem  081

               sekarang),  tentara-tentara  Jepang  tersebut  sangat  disiplin  dan  tentunya  berpihak  pada

               Belanda,  yang  rupanya  menginginkan  kembali menjajah  Indonesia,  maka  pada  tanggal  29
               September 1945 mulai tengah hari markas Kempetai dikepung oleh pemuda-pemuda Madiun

               yang dipimpin oleh Kapten Sumantri dan Joko Sujono. Mereka berdua adalah pemuda bekas
               Prajurit  PETA (Pembela Tanah Air) bentukan tentara Nippon , walaupun di depan markas

               Kempetai itu telah dipasang tiga mitraliur yang setiap saat siap membrondong siapa saja yang
               berani  masuk  halaman  markas,  namun  berkat  semangat  dan  keberanian  pemuda-pemuda

               Madiun,  mereka  semua  tidak  mundur  sedikit  pun,  bahkan  semakin  maju  terus  mendekati

               markas Kempetai. Kisah heroik ini di ceritakan langsung  oleh senior Eyang Yusuf Musdi,
               pelaku  sejarah  yaitu  Pak  Suko  Wijono.”    “Pada  saat  itu  para  pemuda  terus  mengepung

               markas Kempetai dengan jumlah semakin besar, mereka berasal dari segala penjuru, hingga
               sekitar jam 5 sore, Kanjeng Bupati Ronggo Koesnindar datang dari arah selatan naik mobil

               dengan pakaian adat Jawa masuk kedalam markas, melakukan perundingan selama kira-kira
               3 jam, hingga akhirnya Kanjeng Bupati Ronggo Koesnindar keluar dan menenangkan para

               pemuda  yang  telah  menunggu  dengan  tidak  sabar,  Kanjeng  Bupati    segera    menjelaskan

               bahwa beliau telah berunding dengan Komandan Kempetei yang hasilnya bahwa nanti semua
               tentara  Jepang yang ada di Madiun akan segera meninggalkan kota tanpa senjata  pada jam

               10 malam dan akan berkumpul di markas batalyon yaitu gedung Bosbow.

                       Senjata-  senjata    tentara    Jepang  akan    kumpulkan  dan  akan  di  bagikan  kepada
               pemuda-pemuda    yang  mau  berjuang  demi  kemerdekaan  Negara  Kesatuan  Republik

               Indonesia, terutama  di bagikan kepada para organisasi pemuda dan pelajar yang di akan atur
               oleh Kapten Sumantri dan Joko Sujono. Pemuda dan Pelajar di kumpulkan di sekolah guru





               CREATED BY WIDODO, S.PD                                                                   8
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13