Page 51 - Kelas_11_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 51

Melihat  bentuk  intervensi  dan  kesewenang-wenangan  Daendels  itu,
                       Raden Rangga  mulai melancarkan perlawanan terhadap kolonial Belanda.
                       Raden Rangga adalah kepala pemerintahan mancanegara di Madiun yang
                       merupakan  bawahan  Kasultanan  Yogyakarta.  Oleh  karena  itu,  Sultan
                       Hamengkubuwana II mendukung adanya perlawanan yang dilancarkan Raden
                       Rangga. Namun perlawanan Raden Rangga ini segera dapat ditumpas dan
                       Raden Rangga sendiri terbunuh. Setelah berhasil mematahkan perlawanan
                       Raden Rangga, Daendels kemudian memberikan ultimatum kepada Sultan
                       Hamengkubuwana  II  agar  menyetujui  pengangkatan  kembali  Danureja
                       II  sebagai  patih  dan  Sultan  harus  menanggung  kerugian  perang  akibat
                       perlawanan Raden Rangga. Sultan Hamengkubuwana II menolak ultimatum
                       itu.  Akibatnya,  pada  Desember  1810  Daendels  berangkat  ke  Yogyakarta
                       dengan  membawa  3.200  orang  serdadu.  Dengan  kekuatan  ini  Daendels
                       berhasil memaksa Hamengkubuwana II untuk turun tahta dan menyerahkan
                       kekuasaannya  kepada  puteranya  sebagai  Sultan  Hamengkubuwana  III.
                       Hamengkubuwana III ini sering disebut Sultan Raja dan Hamengkubuwana
                       II  sering  disebut  Sultan  Sepuh.  Sekalipun  sudah  diturunkan  dari  tahta,
                       Sultan Hamengubuwana II atau Sultan Sepuh ini masih diizinkan tinggal di
                       lingkungan istana.

                       Selain  hal-hal  di  atas,  Daendels  juga  melakukan  beberapa  tindakan  yang
                       dapat  memperkuat  kedudukannya  di  Nusantara.  Beberapa  tindakan  yang
                       dimaksud adalah sebagai berikut.
                       (a)   membatasi secara ketat kekuasaan raja-raja di Nusantara;
                       (b)   Daendels memerintah secara sentralistik yang kuat dengan membagi
                            Pulau Jawa menjadi 23 wilayah besar (hoofdafdeeling) yang kemudian
                            dikenal dengan keresidenan (residentie). Tiap karesidenan dapat dibagi
                            menjadi  beberapa  kabupaten  (regentschap)  (Suhartono,  “Dampak
                            Politik  Hindia  Belanda  (1800-1830)”,  dalam  buku  Indonesia  dalam
                            Arus Sejarah, 2012).
                       (c)    berdasarkan Dekrit 18 Agustus 1808, Daendels juga telah merombak
                            Provinsi  Jawa  Pantai  Timur  Laut  menjadi  5  prefektur.  (wilayah  yang
                            memiliki otoritas) dan 38 kabupaten. Terkait dengan ini maka Kerajaan
                            Banten  dan  Cirebon  dihapuskan  dan  daerahnya  dinyatakan  sebagai
                            wilayah pemerintahan kolonial;
                       (d)    kedudukan  bupati  sebagai  penguasa  tradisional  diubah  menjadi
                            pegawai  pemerintah  (kolonial)  yang digaji. Sekalipun  demikian  para
                            bupati masih memiliki hak-hak feodal tertentu.







                                                                                            43
                                                                             Sejarah Indonesia
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56