Page 62 - Kelas_11_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 62
mengambil keuntungan bagi negeri induk.
Diibaratkan oleh Baud, Jawa adalah “gabus
tempat Nederland mengapung”. Jadi dengan
kata lain Jawa harus dieksploitasi semaksimal
mungkin untuk keuntungan negeri penjajah.
Dapat dikatakan Jawa dimanfaatkan sebagai
sapi perahan.
Konsep Bosch itulah yang kemudian dikenal
dengan Cultuurstelsel (Tanam Paksa). Dengan
cara ini diharapkan perekonomian Belanda
dapat dengan cepat pulih dan semakin
Sumber: Raden Saleh: Anak meningkat. Bahkan dalam salah satu tulisan
Belanda, Mooi Indie dan
Nasionalisme, 2009. Van den Bosch membuat suatu perkiraan
Gambar 1.23 Van den Bosch. bahwa dengan Tanam Paksa, hasil tanaman
ekspor dapat ditingkatkan sebanyak kurang
lebih f.15. sampai f.20 juta setiap tahun. Van den Bosch menyatakan bahwa
cara paksaan seperti yang pernah dilakukan VOC adalah cara yang terbaik
untuk memperoleh tanaman ekspor untuk pasaran Eropa. Dengan membawa
dan memperdagangkan hasil tanaman sebanyak-banyaknya ke Eropa, maka
akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar.
1) Ketentuan Tanam Paksa
Raja Willem tertarik serta setuju dengan usulan dan perkiraan Van den Bosch
tersebut. Tahun 1830 Van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal
baru di Jawa. Setelah sampai di Jawa, Van den Bosch segera mencanangkan
sistem dan program Tanam Paksa. Secara umum Tanam Paksa mewajibkan
para petani untuk menanam tanaman-tanaman yang dapat diekspor di
pasaran dunia. Jenis tanaman itu di samping kopi juga antara lain tembakau,
tebu, dan nila.
Secara rinci beberapa ketentuan Tanam Paksa itu termuat pada Lembaran
Negara (Staatsblad) Tahun 1834 No. 22. Ketentuan-ketentuan itu antara lain
sebagai berikut.
a) penduduk menyediakan sebagian dari tanahnya untuk pelaksanaan
Tanam Paksa;
b) tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk pelaksanaan
Tanam Paksa tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian
yang dimiliki penduduk desa;
54 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1