Page 338 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan (z-lib.org)_Neat
P. 338

Pada waktu itulah Sang Shodancho muncul untuk ikut berbahagia
                 bersamanya. Shodancho itu berkata dengan penuh ketulusan bahwa ia
                 sungguh-sungguh merasa bahagia melihat sahabatnya kemudian mem-
                 peroleh seorang anak perempuan yang begitu cantik seperti ibu dan
                 neneknya. Tentu saja ia sempat mengolok-oloknya dengan mengata-
                 kan bahwa laki-laki itu akhirnya memperoleh kesempatan malam
                 per tama setelah lima tahun menanti dan terbukti tombaknya masih
                 berfungsi dengan baik. Tak peduli harus beristirahat selama itu kecuali
                 kesempatan-kesempatan konyol di kamar mandi.
                    Mendengar itu Maman Gendeng yang bengis dan kasar jadi tersipu
                 malu dan bertanya dengan hati-hati bagaimana keadaan Sang Shodan-
                 cho sendiri.
                    Sang Shodancho menampakkan senyumnya yang lebar dan ber-
                 kata, lihatlah aku wahai sahabatku. Kita bernasib mujur dan segala
                 ke sabaran ini akhirnya berbuah dengan baik. Istriku tengah hamil tua
                 pula, begitu bulat. Wahai sahabatku, jangan perlihatkan pan dangan
                 bertanya-tanya seperti itu sebab aku tak melakukannya sebagaimana dua
                 kehamilan terdahulu. Dua anak telah hilang padahal mereka harusnya
                 lahir sebagai anak-anak yang manis, tapi kuharap kesedihanku akan
                 lenyap kini. Istriku akan melahirkan sesungguh-sung guhnya anak, dan
                 aku bersumpah ia tak akan kalah cantik dari anak perempuanmu ini.
                 Sebab aku telah melakukannya dengan benar, tidak dalam perbuatan
                 terkutuk memerkosa istriku sendiri. Kami melakukannya sebagaimana
                 pengantin-pengantin muda lainnya, meskipun agak malu-malu tapi
                 ha ngat dan bergelora dan tulus dan penuh cinta.
                    Ia masih melanjutkan: kau pasti terkejut mendengar itu, wahai
                 sahabatku. Begitu pula aku, soal keterkejutan ini, ketika suatu malam
                 menjelang pagi menemukan istriku telanjang dan berkata bahwa ia ber-
                 sedia ditiduri tanpa paksaan apa pun dan selama berhari-hari setelah itu
                 kami menikmati malam-malam bulan madu yang begitu indah. Cerita
                 ini mungkin tak jauh berbeda dengan apa yang kau alami, sahabatku,
                 sebab mungkin dunia telah memberi takdir agar kita bernasib sama.
                    Kedua lelaki itu tertawa kecil.
                    Sang Shodancho sama sekali tak mengatakan dan ia menganggap
                 tak ada perlunya Maman Gendeng tahu, bahwa ia memperoleh cinta

                                             331





        Cantik.indd   331                                                  1/19/12   2:33 PM
   333   334   335   336   337   338   339   340   341   342   343