Page 134 - Toponim sulawesi.indd
P. 134

120     Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


                     Barang-barang impor yang masuk dalam kurun waktu sesuai tabel

               di  atas,  antara lain:  beras,  semen,  gula pasir, pupuk, bahan  bangunan
               (besi dan sejenis), pupuk, hewan, aspal, seng, bulgur, hydro karbon, dan

               kendaraan bermotor. Untuk barang ekspor yang terutama adalah ikan dan
               kopra,  udang beku, kaolin, kopi, tapioka (tepung), minyak kelapa, rotan,
                     15
               arang, karet, bungkil, pala, barang campuran lainnya.


                     Tahun  berikutnya, baik ekspor maupun  impor  peningkatannya
               lebih  tajam lagi,  dan  negara-negara  yang menjadi  tujuan  ekspor  adalah
               Belanda, Korea, Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Philipina, Cina, Taiwan.

               Untuk  barang-barang yang masuk  mulai  bervariasi,  bahkan untuk kopra
               datangnya dari Ternate, bukan melulu lagi dari Sulawesi Utara. Kayu dari

               Gorontalo, Sorong, Biak, dan Merauke, kayu olahan dari Balikpapan dan
               Samarinda, ikan selain dari Sulawesi Utara, untuk ekspor datang juga dari
               daerah Gorontalo, Sorong, Biak, Manokwari dan Jayapura. Untuk cengkeh

               dari Ternate dan jagung dari Gorontalo (Purba, 2015: 36).

















               15   Ekspor kopra mengalami kejayaan sejak tahun 1930-an s.d tahun 1950-an, sebelum peristiwa
                   permesta. Pada tahun 1920-an, Tanah Minahasa, sudah menjadi daerah kelapa. Di era ini, hampir
                   setiap rumah tangga memiliki kurang lebih 30-50 pohon kelapa. Daerah Tonsea (kabupaten
                   Minahasa Utara sekarang) merupakan daerah yang paling banyak ditanami kelapa. Selain itu,
                   tidak kalah juga daerah lain di Minahasa yang menanam kelapa, seperti di Manado, Amurang,
                   Tondano, Ratahan dan Kawangkoan. Fenomena itu terjadi kurang lebih setengah abad ketika
                   kelapa mulai dibudiyakan secara massal pada tahun 1870-an. Tahun 1850-an, Nicolaus Graafland
                   seorang penginjil yang bekerja pada NZG melaporka banyaknya pohon kelapa yang ditanam
                   sepanjang pantai Minahasa. Tahun 1885 Sidney J. Hickson, seorang naturalis berkebangsaan
                   Inggris melakukan perjalanan ke Minahasa, Sangihe dan Talaud. Di Minahasa dia menyaksikan
                   pohon kelapa yang sudah banyak ditanam, selain  kopi, kakao, vanili, dan lainnya.
   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139