Page 112 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 112
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
masuk dalam organisasi politik. Yang utama adalah untuk bangsa yang
dijajah agar segera mendapat kemajuan bangsa, kaum wanita harus
berdiri sejajar dengan kaum lelaki dalam pembangunan bangsa dan
kewajibannya yang istimewa adalah mendidik anak-anak bangsa untuk
menjadi insan pembangun yang gagah perkasa. Hal ini dikatakan dalam
kongres Isteri Sedar, di Jakarta pada tanggal 4 – 7 Juni 1931. Isteri Sedar
mengkritik tidak berhasilnya federasi (PPII) karena terdiri dari bagian-
bagian yang sangat beraneka warna ada Islam, Kristen, dan kaum ibu
biasa. Pendirian PPII yang mengatakan bahwa rakyat seluruhnya akan
hidup senang, jika masing-masing keluarga senang, hal ini diserang Isteri
Sedar bahwa hal itu akan terjadi jika bangsa sudah merdeka dan tidak
mempunyai massa rakyat marhaen yang miskin sekali ini. Dalam
gerakannya Isteri Sedar mendapat dukungan dari bekas anggota PNI.
Dalam kongresnya Isteri Sedar, 1932, Suwarni Pringgodigdo
menyerukan agar kaum perempuan Indonesia terjun dalam perjuangan
untuk kemerdekaan yang akan membawa kesamaan sepenuhnya.
Suwarni Pringgodigdo juga menggunakan kata-kata Sukarno
‘perempuan marhaen’ untuk menyebut para anggota Isteri Sedar. Pidato
Sukarno di depan kongres Isteri Sedar, mengikuti pendiriannya semula,
gerakan perempuan berjalan melalui fase feminisme kemudian ke fase
emansipasi yang didalamnya fase ini perjuangan melawan dominasi
kolonial yang kapitalis akan memperoleh kemenangan dan sesudah itu
gerakan perempuan tidak diperlukan lagi karena persatuan marhaenis
perempuan dan laki-laki sudah tercapai dan dengan demikian kesamaan
akan diperoleh pula. Isteri Sedar memperkuat tujuannya lagi yaitu
menuju ke arah penghargaan sama dan peri kedudukan sama antara laki-
laki dan perempuan untuk mempercepat memperoleh kemerdekaan
Indonesia. Dasar kedua ini dilakukan secara radikal sehingga dalam
waktu cepat Isteri Sedar telah berhasil mempunyai cabang-cabang di
Bandung, Jakarta, Suabaya, Palembang, Yogyakarta, Tegal, Cimahi,
Cibatu, Cianjur, Cirebon, Bogor. Akibat aksi keras pemerintah terhadap
partai yang berhaluan kiri, maka Isteri Sedar semakin berkurang
anggotanya. Namun Isteri Sedar tidak mau membubarkan diri karena
berprinsip lebih baik beranggota sedikit daripada anggota banyak tetapi
mematikan diri.
Organisasi wanita yang radikal lainnya adalah Mardi Wanita
yang berdiri tahun 1933 yang mempunyai kaitan dengan Partindo.
Mardi Wanita dilarang mengadakan rapat-rapat, Sri Panggihan ketua
Mardi Wanita pernah ditahan 50 hari karena mengadakan rapat di
tengah sawah. Pada tahun 1936, pemerintah membubarkan Partindo dan
62
Mardi Wanita.
104 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya