Page 13 - MRK JUNI 2019
P. 13
Q: Apakah suami istri generasi muda harus bekerja keduanya
untuk mampu memiliki rumah?
A: Bila keduanya sama-sama bekerja akan lebih baik.
Karena dapat lebih cepat akumulasi dana. Tapi kalau tidak,
biasanya jadi tanggung jawab suami. Idealnya mereka harus
saling berkomitmen untuk menyisihkan minimal 10% dari
pendapatan setiap bulan atau kalau lebih besar lagi lebih
bagus. Kemudian bila tujuannya sama tentu lebih baik lagi.
Misalnya mau beli rumah atau mobil, jadi targetnya yang sama.
Q: Apakah saat ini masih mungkin beli rumah di bawah
Rp500 juta?
A: Rumah di bawah Rp500 juta masih mungkin tergantung
lokasinya. Sekarang transportasi sudah makin lebih baik
sehingga pilihan makin banyak. Jadi milenial bisa berkembang
secara bertahap. Mungkin rumahnya agak jauh dari perkotaan
tapi kalau nanti penghasilan makin tinggi jadi lebih bagus.
Karena sebenarnya rumah yang harganya semakin tinggi tentu
persentase kenaikannya makin kecil. Misalnya rumah harga
Rp10 miliar harganya tidak akan naik setinggi harga masih
Rp100 juta yang dapat naik 50-70% dalam setahun.
Q: Sebenarnya lebih baik beli rumah atau apartemen?
A: Kalau tujuannya investasi sebaiknya beli rumah tapi kalau
properti dijadikan bisnis sebaiknya beli apartemen. Misalnya
milenial menghitung-hitung besarnya harga rumah dan
penghematan jarak tempuh kantor yang semakin dekat.
Ini berarti apartemen dengan orientasi bisnis. Rumah
pertama untuk ditempati. Jadi pertimbangannya apartemen
memberikan nilai manfaat yang lebih banyak tapi nilainya
makin turun. Sementara rumah tapak nilainya makin tinggi
karena kenaikan harga tanah.
Q: Sering ada pemikiran buat apa beli rumah kalau masih
jomblo, itu bagaimana?
A: Kalau menunggu nikah baru beli rumah khawatirnya
harga sudah terlampau tinggi. Misalnya sekarang dia punya
bujet masih bisa beli yang daerah Tangerang Selatan tapi
kalau diundur nanti terpaksa harus cari yang daerah Merak.
Karena harga terus naik jadi harus bergerak cepat. Kita harus
berpikir investasi jangka panjang sehingga tidak masalah
ambil sekarang juga. Misalkan ada perubahan rencana setelah
menikah ingin memilih apartemen, bisa saja menjual tanah
lalu tinggal pindah hunian ke dekat kantor.
Q: Ada juga pemikiran punya rumah artinya banyak
pengeluaran, itu bagaimana?
A: Tentu akan ada konsekuensi setelah memiliki aset yaitu
biaya yang harus dikeluarkan. Misalnya untuk emas ada zakat
yang harus dikeluarkan. Karena itu kalau bisa untuk aset
properti jangan jadi aset pasif. Sebaiknya aset yang diaktifkan
tentu akan lebih bagus.
13