Page 8 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945
P. 8
Pondok pesantren Lirboyo ini berdiri pada tahun 1910 yang diprakarsai oleh KH. Abdul Karim, seseorang
yang berasal dari Dukuh Banar, Desa Deyangan, Kawedanan Mertoyudan, Magelang Jawa Tengah. Nama kecil
KH. Abdul Karim adalah Manab. Putra ketiga dari empat bersaudara anak pasangan Abdurrohim dan Salamah.
Kedua kakak laki-laki, yang pertama bernama Aliman yang kelak bermukim di Jatipelem, Diwek, Jombang dan
kakak kedua bernama Mu’min yang setelah mengembara, dia tetap tinggal di Jagan, Magelang bersama adik
Manab bernama Armiyah. Adik Manab tersebut di kemudian hari lebih dikenal dengan Mbok Miyo (Bahtiar dkk,
2018: 20).
Kehidupan keluarga Abdurrohim sudah cukup bahagia kala itu walaupun hanya seorang petani sederhana
dengan sawah. Beliau sudah merasa tentram dengan kahadiran Manab dan tiga orang saudaranya. Tetapi, tekanan
penjajah mencekik petani seperti dirinya. Beban berat begitu terasa untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Seperti lazimnya orang tua, beliau tidak mau melihat anak-anaknya sengsara. Akhirnya, Abdurrohim mencoba
berikhtiar mencari tambahan penghasilan. Abdurrohim yang hanya petani desa itu tergerak hatinya untuk
berdagang. Pekerjaan itu tidak pernah digelutinya. Dengan modal seadanya, Ia mencoba berjuang di Pasar
Muntilan yang terletak 10 km arah tenggara Magelang. Pagi buta sebelum fajar menyingsing Abdurrohim sudah
berangkat ke pasar sambil memikul dagangannya. Dengan hanya berjalan kaki dan penerangan obor, ia telusuri
jalan-jalan yang masih gelap dan sunyi. Terkadang pula harus melewati hutan untuk mempersingkat perjalanan.
Pendeknya sebuah perjalanan yang sangat berat dan melelahkan (Bahtiar dkk, 2018: 21).