Page 44 - @BIP
P. 44
Page 25
Wilayah ketiga adalah Borong Karamaka (hutan
keramat) yang merupakan wilayah terlarang untuk masyarakat
umum dan hanya diperbolehkan oleh orang-orang tertentu
seperti pemimpin suku dan pemangku adat. Bukan hanya
terlarang bagi masyarakat tetapi juga terlarang untuk semua
jenis kegiatan terkecuali kegiatan berupa ritual. Selain untuk
ritual, maka wilayah ini tidak dapat diperbolehkan dan
digunakan baik aktivitas penebangan, penanaman pohon,
pemanfaatan keanekaragaman hayati, pengukuran luas
ataupun kunjungan berupa wisata baik secara formal
(pemerintah) maupun nonformal (masyarakat umum). Wilayah
ini diyakini oleh masyarakat sebagai tempat tinggal bagi para
leluhur mereka dan hal tersebut tertuang pada pasang (aturan
atau pesan).
Pasang tersebut berbunyi “Talakullei nisambei kajua, Iyato’
minjo kaju timboa. Talakullei nitambai nanikurangi borong
karamaka. Kasipalli tauwa a’lamung-lamung ri boronga,
Nasaba’ se’re wattu la rie’ tau angngakui bate lamunna”
(kayunya tidak dapat diganti dan hanya kayu itu saja yang
dapat tumbuh. Hutan keramat tidak bias ditambah ataupun
dikurangi. Orang dilarang menanam di hutan keramat karena
disuatu waktu akan ada yang mengakui bekas tanamannya).
Apabila masyarakat tidak mampu mentaati aturan pada
wilayah Ammatoa kajang, maka pemimpin suku (Amma) akan
memberikan sanksi sesuai dengan takaran perbuatannya
masing-masing. Sanksi yang paling berat diberikan ketika
melanggar wilayah hutan keramat. Berdasarkan pembagian
wilayah Ammatoa Kajang beserta sanksinya, sehingga wilayah
tersebut masih terjaga dan lestari hingga saat ini.