Page 49 - @BIP
P. 49
Page 29
2. Pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan;
3. Petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan; dan
4. Bersifat sosial, etika dan moral yang saling berintegrasi
secara komunal/kerabat.
Pengetahuan lokal terkait tumbuhan obat merupakan
sarana untuk memajukan pencarian obat dalam menyembuhkan
berbagai penyakit. Studi tentang tumbuhan obat juga semakin
strategis ditengah-tengah semakin mahalnya biaya obat dan
pengobatan (Prance et al. 1994). Pemanfaatan tumbuhan obat-
obatan bisa jadi akan menjadi keunggulan untuk studi fitokimia
dan farmakologi dimasa depan (Teklehaymanot, 2009) dan
menarik perhatian bagi praktisi medis yang berbeda di seluruh
dunia (Manjula & Mamidala, 2013). Pengobatan penyakit
dengan menggunakan tumbuhan obat lebih bermanfaat dari
pada obat sintetis dan obat-obatan modern karena memiliki
kemudahan dalam penggunaan, efektifivitas penggunaan,
biaya terjangkau dan efek samping yang minimal (Prabhu &
Vijayakumar, 2016), berpotensi sebagai sumber daya terapi
(Ahmadi et al. 2016) dan sumber pendapatan ekonomi (Zank et
al. 2015).
C. Sistem Pengetahuan Lokal Ammatoa
Kajang
Masyarakat Ammatoa Kajang berinteraksi dengan ling-
kungan, yang dipimpin khusus oleh kepala suku diberi julukan
Ammatoa/Amma dan juga sebagai pemimpin hutan lindung.
Pengetahuan lokal masyarakat suku Kajang diartikulasikan
melalui media adat berupa pesan, mitos dan ritual dari leluhur
yang sebenarnya berisi pengetahuan ekologi, terutama pada
pengetahuan tentang peran hutan dalam menjaga ekosistem
(Mithen et al. 2015). Masyarakat Ammatoa memiliki hubungan
timbal balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dengan
lingkungan alam yang meliputi sistem pengetahuan lokal