Page 138 - Sastra Anak Sandi Budiana, M.Pd
P. 138
Tidak ada kata yang diucapkan Ibu, matanya sesaat menatap
ke arahku. “Ayolah, Bu bicara, ada apa?” Tanyaku untuk kedua
kalinya. Sambil bersimpuh di depan kakinya, kupegang kedua
tangan ibu. Kuyakinkan ibu agar mau bicara. “Bud, Ibu kasihan
ke kakakmu.”, dengan suara lirih Ibu menyampaikan
kegundahannya.
Aku simpan di dalam tas uang yang telah kuhitung. Aku ke
luar kamar dan menghampiriibu yang wajahnya terlihat bingung.
Aku ingin meminta ijin ibu untuk menggunakan uang tabunganku
membeli sepeda yang selama ini kuidamkaan. “Ibu, kenapa dari
tadi terlihat bingung?” tanyaku membuka percakapan.
“Memang ada apa dengan kakak, Bu?”, aku penasaran karena
selama ini kakakku tampak baik-baik saja. “Kakakmu ingin ikut
ujian di kampusnya tetapi Ibu belum punya uang untuk melunasi
tunggakan biayanya”.
134