Page 139 - Sastra Anak Sandi Budiana, M.Pd
P. 139
Aku terdiam dan mulailah perasaan dan pikiranku berada
dalam kegalauan. Tidak mungkin aku menyampaikan keinginan
menggunakan uang tabunganku untuk membeli sepeda.
“Memang, tunggakan biaya kuliah kakak berapa, Bu?”. Kucoba
mencari tahu jumlah uang yang dibutuhkan Ibu. “Satu juta
delapan ratus rupiah. Tadi pagi Ibu menjual cincin emas dan laku
satu juta dua ratus.”.
Langsung kulihat jemari ibu dan benar saja satu-satunya
perhiasan yang ibu miliki sudah tidak tampak lagi. Tidak tega
aku melihat ibu yang selalu mengorbankan apapun yang
dimilikinya untuk anak-anaknya ini. “Bu, jangan bersedih lagi
ya, Budi tadi coba menghitung uang tabungan yang disimpan di
dalam kaleng. Jumlahnya cukup untuk menambah kekurangan
biaya kuliah kakak”. Kataku kepada ibu sambal menyingkirkan
keinginanku untuk memiliki sepeda idaman.
135