Page 182 - Sastra Anak Sandi Budiana, M.Pd
P. 182
Joana adalah sahabatku yang punya hobi sama yaitu menyanyi.
Ayah Joana juga sahabat karib ayahku sejak kecil dan sama-sama
suka bermusik. Jadi cocoklah aku, ayah, Joana, dan ayahnya Joana,
“Ayah tanya dulu sama
Pak Anto bisanya
kapan?”
“Bukanya besok hari
libur, Yah?” Aku ingat
jika besok itu hari
Minggu.
“Iya libur, tapi Joana dan ayahnya kan rajin ke gereja” Timpal
ayah. “Kalau begitu, kita ke rumahnya setelah mereka pulang dari
gereja saja, Yah!” usulku kepada ayah yang sedang kebingungan
merencanakan pergi ke rumah Pak Anto.
“Tapi nanti kita kesorean gak?” Tanya ayahku yang memang suka
berlama-lama jika sedang bareng dengan Pak Anto. “Ya kita kan
harus menghormati mereka melaksanakan ibadahnya” Aku coba
mengingatkan ayah untuk lebih bertoleransi.
Aku selalu ingat ibu guruku yang hampir setiap hari mengingatkan
aku dan teman-temanku di kelas agar selalu bangga terhadap
agama atau keyakinan sendiri tetapi juga harus tetap mengakui
serta menghormati agama atau keyakinan orang lain.
“Jadi, ayah jangan mengganggu ibadahnya Pak Anto, yaaaaa”
nasihatku kepada ayah.
“Ya, enggaklah. Ayah kan sudah lama bersahabat dengan Pak
Anto, sejak kecil. Dulu kalau mau main dengan Pak Anto di hari
Minggu, ayah sering mengantarnya dulu dan menungguinya di depan
gereja. Sekarang pun kalau lagi bareng-bareng, Pak Anto itu selalu
mengingatkan ayah untuk melaksanakan solat.” Jawab ayah sambil
menyilangkan kedua telunjukknya sebagai pertanda tidak berlaku
yang tidak sopan kepada Pak Anto.
171