Page 90 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 90
76
sejarah tamadun islam 2
3
konsep tentang kehidupan, struktur konsep tentang dunia, tentang ilmu pengetahuan, tentang etika dan tentang manusia, yang kesemuanya itu sangat potensial bagi timbulnya kegiatan keilmuan. Istilah-istilah konseptual yang terdapat dalam wahyu seperti ‘ilm, īmān, ushūl, kalām, naẓar, wujūd, tafsīr, ta’wīl, fiqh, khalq, ḥalāl, ḥarām, irādah dan lain-lain mulai dipahami secara intens (mendalam). Konsep-konsep ini telah memadai untuk dianggap sebagai kerangka awal konsep keilmuan, yang juga berarti lahirnya elemen-elemen epistemologis yang mendasar. Atas dasar kerangka ini, Hamid menegaskan, maka dapat dianggap bahwa embrio ilmu (sains) dan pengetahuan ilmiah dalam Islam adalah struktur keilmuan dalam cara pandang alam Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an. Hal ini bertentangan secara diametris dengan anggapan para penulis sejarah Islam kawakan (sudah berpengalaman) dari Barat, seperti De Boer, Eugene Myers, Alfrend Gullimaune, O'Leary dan banyak lagi yang menganggap sains dalam Islam tidak ada asal-usulnya. Dari kalangan penulis modern mereka adalah Radhakrishnan, Majid Fakhry, W. Montgomery Watt dan lain-lain.
Periode Ketiga: Lahirnya tradisi keilmuan dalam Islam yang ditunjukkan dengan adanya komunitas ilmuwan. Bukti adanya masyarakat ilmuwan yang menandai permulaan tradisi keilmuan dalam Islam adalah berdirinya kelompok belajar atau sekolah Ashḥāb al-Shuffah di Madinah. Di sini kandungan wahyu dan hadis-hadis Nabi SAW dikaji dalam kegiatan belajar-mengajar yang efektif, yang tentunya tidak dapat disamakan dengan materi diskusi spekulatif di Ionia yang melahirkan tradisi intelektual Yunani. Hasil dari kegiatan ini adalah munculnya para pakar hadis seperti Abū Hurairah, Abū Dzar al-Ghifārī, Salmān al-Fārisī, ‘Abd Allāh ibn Mas‘ūd, yang kemudian diikuti oleh generasi berikutnya seperti Qādhī Syuraiḥ (w. 699), Muḥammad ibn al-Ḥanafiyyah (w. 700), Ma’bad al-Juhani (w. 703), ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azīz (w. 720), Wahb ibn Munabbih (w. 719/723), Ḥasan al-Bashri (w. 728), Ghailan al-Dimasyqi (w. 740), Jakfar al-Shadiq (w. 765), Abū Ḥanifah (w. 767), Malik ibn Anas (w. 796), Abū Yūsuf (w.