Page 28 - Ebook_Atlas Gubernur-
P. 28
1.2 Menjadi Pegawai Kolonial
Hasan kembali ke Aceh pada 1934. Dari pertemuan Menjelang kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik,
dengan Gubernur Aceh Van Aken, Hasan diberi Hasan kian aktif berjuang demi kemerdekaan
tahu bahwa ia tidak akan melanjutkan pekerjaan Indonesia. Kemudian, Hasan bergabung sebagai
ayahnya sebagai uleebalang. Namun demikian, Bendahara Bompa (Badan Oentoek Membantu
Hasan ditugaskan sebagai pegawai pemerintah di Perang Asia Timur Raya) di Medan. Badan
Batavia. Pada awalnya Hasan diangkat menjadi ini diketuai oleh Karim M.S., Moh. Yusuf, dr.
pegawai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pirngadi, drh. Abdul Manaf, dan Sugondo
Namun, pada akhir 1936 ia pindah ke kantor Voor Kartoprodjo. Berselang setahun dari pengumuman
Bestuurshervorming di Jalan Keboen Sirih Batavia. janji kemerdekaan yang didengungkan pihak
Jepang, Hasan diminta oleh Somubuco (Kepala
Dengan terbentuknya Gubernemen Sumatra pada Pemerintahan Umum) Handa untuk menjadi
1938, Hasan pindah lagi ke Medan untuk bekerja anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
pada Kantor Gubernur Sumatra dan selanjutnya ia (PPKI). Ia menerima permintaan tersebut dan
banyak bergiat mengurusi bidang pendidikan. Pada berangkat ke Jakarta pada 13 Agustus 1945
1939 ia mendirikan perkumpulan Ichwanus Shafa bersama dr. Moh. Amir. Penunjukan tersebut
Indonesia yang bertujuan mengakrabkan hubungan menjadi penanda babak baru dalam kehidupan
para intelektual dengan golongan ulama. Seiring Teuku Mohammad Hasan.
dengan mendaratnya tentara Jepang di Medan dan
Sumatra, Hasan menetap di Medan sampai tahun
1942 dan bekerja sebagai pegawai Tinzukyoku
(kantor permohonan kepada Gunsaibu).
Sidang BPUPKI. Dok. Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
14 ATLAS SEJARAH INDONESIA: GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA