Page 149 - AKIDAH DAN ILMU KALAM E-BOOK
P. 149
pikiran manusia bersifat absolute-universal, berarti meremehkan ayat-ayat al-Qur‟an
seperti :
Yang Artinya; “Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S. Al-
Baqarah: 232) Rasyid kemudian menegaskan pada saat ini, di Barat sudah dirasakan
bahwa akal tidak mampu mengetahui baik dan buruk. Buktinya adalah kemunculan
eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme.
Rasjidi mengakui bahwa soal-soal yang pernah diperbincangkan pada dua belas
abad yang lalu, masih ada yang relevan untuk masa sekarang, tetapi ada pula yang
sudah tidak relevan. Pada waktu sekarang, demikian Rasjidi menguraikan, yang masih
dirasakanlah oleh umat Islam pada umumnya adalah keberadaan Syi‟ah.
3. Hakikat iman
Bagian ini merupakan kritikan Rasjidi terhadap deskripsi iman yang diberikan
Nurcholis Madjid, yakni “percaya dan menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Dan
sikap apresiatif kepada Tuhan merupakan inti pengalaman keagamaan seseorang.
Sikap ini disebut takwa. Takwa diperkuat dengan kontak yang kontinu dengan Tuhan.
Apresiasi ketuhanan menumbuhkan kesadaran ketuhanan yang menyeluruh, sehingga
menumbuhkan keadaan bersatunya hamba dengan Tuhan”. Menanggapi pernyataan di
atas Rasjidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar menuju bersatunya manusia
dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan
dengan manusia dengan manusia, yakni hidup dalam masyarakat. Bersatunya
seseorang dengan Tuhan tidak merupakan aspek yang mudah dicapai, mungkin hanya
seseorang saja dari sejuta orang. Jadi, yang terpenting dari aspek penyatuan itu adalah
kepercayaan, ibadah dan kemasyarakatan.
F. Karya H. M. Rasjidi
Berikut beberapa karya beliau :
1. Koreksi Terhadap Drs. Nurcholis Madjid tentang Sekularisasi
2. Filsafat Agama
141