Page 91 - Drs. Adrianus Howay, MM - Meretas Batas Pendidikan di Tanah Papua
P. 91

Bapak Samuel Meninggal


                    Kehidupan tak selamanya mengajarkan  rasa manis.
            Kehidupan  juga  tak  selamanya  mengajarkan  rasa  pahit.  Hari

            indah Adrian tiba-tiba terkoyak. Langit “seolah runtuh”. Seperti
            biasa, Adrian pergi ke sekolah. Berjalan dengan kaki telanjang
            tetapi berwajah riang. Sepanjang jalan, Adrian bersama teman-

            temannya bersendau gurau seperti biasanya.

                    “Adrian !” seru seseorang meneriakkan namanya. Adrian
            menoleh ke belakang.


                    “Oh,  ada  apa,  Kakak  ?”  tanya Adrian  kepada  saudara
            pangkat kakak yang tinggal di dekat rumahnya.

                    “Cepat pulang ! Bapakmu  meninggal !” seru saudaranya.


                    Adrian terpaku  mendengar  kabar mengejutkan  itu. Ia
            terdiam sejenak. Tak terasa air matanya menetes. Tak dinyana,
            bapak yang sangat dicintainya  sudah meninggal dunia. Dia
            berlari  pulang, tanpa  peduli  lagi  niatnya  mau berangkat  ke
            sekolah.


                    Adrian tidak punya firasat, pagi itu merupakan hari terakhir
            bertemu  dengan bapaknya.  Saat berangkat  sekolah,  Adrian
            sempat  pamit  kepada  bapaknya  yang  sedang  sakit.  Semenjak
            Samuel meninggal, Adrian menjadi anak yang pendiam. Mama
            Rachel bekerja keras sendirian untuk menghidupi kelima orang
            anaknya.  Walau  begitu,  Mama  Rachel  selalu  menyemangati
            anak-anaknya untuk terus sekolah.


                                                                           79
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96