Page 73 - modul Pembelajaran Studi AGama kontemporer
P. 73

proses hukum alam (Sunatullah) yang tidak akan pernah berubah dan tidak

                               mungkin diabaikan ataupun dihindari.
                           b.   Kehendak  Tuhan  akan  perbedaan.  (a)  QS.Al-Maidah  (5):48.  “Kalaulah

                               Tuhan  menghendaki,  niscaya  kamu  dijadikan-Nya  satu  umat  (golongan)
                               saja, tetapi Tuhan hendak menguji kamu akan karunia (perbedaan)  yang

                               telah  diberikan-Nya  kepadamu,  maka  berlomba-lombalah  berbuat

                               kebajikan. Hanya kepada Tuhan kamu semua kembali, lalu diberitahukan-
                               Nya  kepadamu  terhadap  apa  yang  dahulu  kamu  perselisihkan”.  (b)

                               QS.Ibrahim  (14):  4.  “Dan  Kami  tidak  mengutus  seorang  rasul  pun,

                               melainkan  dengan  bahasa  (budaya)  kaumnya,  agar  dia  dapat  memberi
                               penjelasan kepada mereka…”

                                       Pada  mulanya  agama  memiliki  inti  pokok  yang  sama,  terutama
                                yang terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan. Akan tetapi, dalam beberapa

                                konteks  Tuhan  pun  menetapkan  jalan  (syariah)  dan  cara  (minhaj)  yang
                                berbeda-beda. Secara teologis perbedaan ini dikehedaki oleh Tuhan sesuai

                                dalam Al-Quran (5:48). Dengan perbedaan itu, Tuhan menginginkan satu

                                sama  lain  saling  berlomba-lomba  dalam  kebaikan  yang  pada  gilirannya
                                saling menebarkan kasih sayang dan kebaikan. Pada akhirnya, nanti hanya

                                Tuhan lah tempat kembali seluruh umat manusia dan sekaligus yang akan
                                memaparkan  hakikat  adanya  perbedaan-perbedaan  itu.  Dengan  begitu,

                                bukan hanya kesatuan semata yang menjadi esensi agama-agama, tetapi
                                distingsi  pun  ialah  kenyataan  yang  harus  dihormati  dan  diakui,  bahkan

                                dikembangkan  untuk  kebaikan  bersama.  Karena,  tidak  mungkin  Tuhan

                                menciptakan persamaan saja tanpa perbedaan. Filosofinya, sebab dengan
                                perbedaanlah  bisa  membedakan  antara  Sang  Pencipta  (Khaliq)  dengan

                                yang diciptakan (makhluq).

                           c.  Mengedepankan spirit dialog. QS. An-Nahl:125. “Serulah (manusia) kepada
                               jalan Tuhan dengan hikmah dan pengajaran  yang baik,  dan berdialoglah

                               dengan  mereka  dengan  cara  yang  baik.  Sesungguhnya  Tuhanmu,  Dialah
                               yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

                               mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. Dalam konteks hubungan antar




                                                              69
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78