Page 69 - modul Pembelajaran Studi AGama kontemporer
P. 69

2. Pengertian Pluralisme

                                                        69
                                      Pluralisme berasal  dari kata “plural” yang berarti banyak atau lebih
                               dari satu. Kata plural sendiri berakar dari kata latin plus, pluris, yang secara
                               bahasa berarti lebih dari satu. Dan isme berhubugan dengan paham atau

                               aliran. Dengan demikian secara etimologi pluralisme bisa dikatakan sesuatu
                               yang  lebih  dari  satu  subtansi  dan  mengacu  kepada  adanya  realitas  dan

                               kenyataan (Rohman & Munir, 2018).
                                      Berdasarkan  Webster's  Revised  Unabridged  Dictionary  (1913  +

                               1828) arti pluralism adalah:

                               a. Hasil atau keadaan menjadi plural.
                               b. Keadaan seorang pluralis;  memiliki lebih dari satu  tentang keyakinan

                               gerejawi.
                               c. Berarti  beragam  pemahaman, atau bermacam-macam  paham  (Fatonah

                               Dzakie, 2014)
                                      Pluralisme adalah pandangan atau gagasan yang mengakui hal-hal

                               yang  sifatnya  banyak  dan  berbeda-beda  (heterogen)  disuatu  komunitas

                               masyarakat.  Semangat  pluralisme  sebagai  penghargaan  atas  perbedaan-
                               perbedaan dan heterogenitas merupakan moralitas yang harus dimiliki oleh

                               manusia.  Pluralisme  sebagai  sebuah  sikap  mengakui  adanya  perbedaan-

                               perbedaan harus ditempatkan pada basis untuk sikap keberagamaan yang
                               inklusif. (Imam Sukardi, dkk. 2003).

                                      Pluralisme adalah upaya membangun tidak saja kesadaran bersifat
                               teologis tetapi juga kesadaran sosial. Hal itu berimplikasi pada kesadaran

                               bahwa manusia hidup di tengah masyarakat yang plural dari segi agama,






                        69  Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 11-12




                                                              65
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74