Page 17 - SURAT AL FATIHAH DAN TAFSIRNYA
P. 17
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa manusia telah diberi akal oleh Allah
untuk jadi hidayah baginya, di samping naluri dan pancaindra. Tetapi hidayah akal itu
belumlah mencukupi untuk kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.
Begitu juga manusia mempunyai tabiat suka beragama, dengan akalnya dia kadang-
kadang telah sampai kepada tauhid. Tetapi tauhid yang telah dicapainya dengan
akalnya itu sering pula menjadi kabur dan tidak murni lagi.
Dengan mempergunakan akalnya, manusia juga dapat sampai kepada kesimpulan
tentang adanya akhirat, tetapi hidayah akal itu belum mencukupi untuk kebahagiaan
hidupnya di dunia dan akhirat. Maka untuk menyampai-kan manusia kepada akidah
tauhid yang murni, yang tidak dicampuri sedikit pun oleh kepercayaan-kepercayaan
menyembah dan membesarkan selain Allah, untuk membentangkan jalan yang benar
yang akan ditempuhnya dalam perjalanan mencari kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat, dan untuk jadi pedoman dalam hidupnya di dunia ini, dia membutuhkan
hidayah yang lain di samping hidayah-hidayah yang telah disebutkan itu. Maka Allah
mendatangkan hidayah yang keempat yaitu "agama" yang dibawa oleh para rasul
'alaihimus-salatu was-salam.
4. Hidayah Agama
a. Pokok-pokok agama ketuhanan
Allah mengutus rasul-rasul untuk membawa agama yang akan menunjukkan kepada
manusia jalan yang harus mereka tempuh untuk kebahagiaan mereka di dunia dan
akhirat. Mula-mula yang ditanamkan oleh rasul-rasul itu adalah kepercayaan tentang
adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya, guna
membersihkan itikad manusia dari syirik (mempersekutukan Allah).
Rasul membawa manusia kepada kepercayaan tauhid dengan melalui akal dan logika,
yaitu dengan mempergunakan dalil-dalil yang tepat dan logis. Dialog antara Nabi
Ibrahim dengan Namrudz, Nabi Musa dengan Fir'aun, dan seruan-seruan Al-Qur'an
kepada kaum musyrikin Quraisy semuanya mengajak agar mereka mempergunakan
akal.
Di samping kepercayaan kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa, rasul-rasul juga
menyeru untuk percaya pada akhirat, dan para malaikat.
Percaya kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat-sifat
kesempurnaan-Nya, serta adanya malaikat dan hari kemudian dinamakan al-iman bi
al-gaib (percaya kepada yang gaib). Itulah yang menjadi pokok bagi semua agama
samawi, dengan arti bahwa semua agama yang datangnya dari Tuhan adalah
mempercayai keesaan Tuhan, para malaikat dan hari akhirat.
Di samping Akidah (kepercayaan) yang disebutkan itu, para rasul juga membawa
hukum-hukum, peraturan-peraturan, akhlak dan pelajaran-pelajaran. Hukum-hukum
dan peraturan-peraturan ini tidak seluruhnya sama, artinya apa yang diturunkan
kepada Nabi Ibrahim tidak sama dengan yang diturunkan kepada Nabi Musa, dan apa
yang dibawa oleh Nabi Isa, tidak serupa dengan yang dibawa oleh Nabi Muhammad
saw. Hal ini dikarenakan hukum-hukum dan peraturan-peraturan itu haruslah sesuai
dengan keadaan tempat dan masa. Maka syariat yang dibawa oleh nabi-nabi itu
adalah sesuai dengan masanya masing-masing. Jadi yang berlainan itu ialah hukum-
hukum furu' (cabang-cabang), sedangkan pokok-pokok hukum agama seperti akidah
adalah sama. Karena Muhammad saw adalah Nabi penutup maka syariat yang
DINIYAH TAKMILIYAH AL MUJAHIDIN
Jl. Rancameong RT 02 RW 05 Kel. Babakan Penghulu Kec. Cinambo Kota Bandung.