Page 137 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 MARET 2021
P. 137
Ida melanjutkan, terdapat 3 sektor ekonomi yang menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak,
yaitu pertanian, industri pengolahan dan perdagangan. Ketiga sektor tersebut menunjukkan
peningkatan kinerja.
Kemudian, Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia juga tercatat membaik pada kuartal III
2020, meski angkanya masih terkontraksi. Diprediksi, pada kuartal I 2021, PMI Indonesia akan
berada di level 51,14. "Ini artinya menunjukkan sinyal ekspansi usaha khususnya industri
manufaktur membaik.
Lalu, seiring meningkatnya ekspansi dunia usaha, index penggunaan tenaga kerja juga
diperkirakan meningkat pada triwulan I 2021. Kata Menaker, data ini menunjukkan optimisme
pemulihan serapan tenaga kerja di industri manufaktur yang berkontribusi menekan tingkat
pengangguran akibat Covid-19.
Kemudian, penyerapan tenaga kerja dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) masih terus tumbuh.
"Terbukanya lapangan kerja saya kira akan semakin tumbuh seiring dengan
diimplementasikannya Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja," ujarnya.
Sebelumnya, dunia global dihadapkan beragam tantangan setelah memasuki era disrupsi
teknologi, yang ditambah dengan kondisi ketidakpastian dari penyebaran virus Covid-19. Salah
satunya dalam sektor ketenagakerjaan yang bakal berubah dengan cepat dan tidak dapat
diprediksi.
Deputi Bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Kementerian BUMN Alex Denni mengatakan,
berdasarkan diskusi World Economic Forum, sebanyak 75 juta pekerjaan bakal hilang di tahun
2022 nanti. Namun, jumlah pekerjaan baru yang muncul bakal lebih banyak, sekitar 133 juta.
"Ini the good side of technology, pada saat yang sama dia create opportunity berupa emerging
jobs. Dan emerging jobs ini diperkirakan lebih banyak dari yang hilang," kata Alex dalam webinar
PPSDM EBTKE KESDM, Rabu (10/2/2021).
Kendati, dibandingkan 75 juta pekerjaan yang hilang, 133 juta pekerjaan baru ini menuntut
keahlian yang berbeda.
Pekerjaan lama, sebut Alex, karakternya rutin, sederhana dan transaksional yang bisa digantikan
teknologi dengan mudah. Sedangkan pekerjaan baru yang ditimbulkan dari disrupsi teknologi
karakternya menyesuaikan dengan cara teknologi tersebut bekerja.
"Namun, tentu saja emerging jobs butuh skills, knowledge dan behavior yang baru agar kita
tetap sukses di dunia yang baru. Jadi ini tantangan yang besar untuk kita," katanya.
Apalagi, pandemi Covid-19 membuat disrupsi teknologi terjadi semakin cepat. Peralihan model
kerja dari luring berubah menjadi daring karena masyarakat harus tetap berada di rumah untuk
menjaga diri agar tidak tertular virus, termasuk ketika bekerja.
"Begitu pandemi ini datang, hampir sebagian besar kita work from home (WFH). Bahkan
peraturan pun memaksa 25 persen saja yang datang ke kantor. Jadi masa depan yang kita
perkirakan akan terjadi 5-6 tahun ke depan, terjadi lebih cepat dari dugaan," katanya.
136