Page 225 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 225

Ringkasan

              Cuti haid dan hamil bagi pekerja  tidak dilarang dalam RUU Cipta Kerja yang disahkan dalam
              rapat paripurna DPR Senin (5/10). "RUU tentang Cipta Kerja tidak menghilangkan hak cuti haid
              dan cuti hamil yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan," ujar Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR
              Supratman  Andi  Agtas,  Senin  (5/10).  Selain  itu,  pemutusan  hubungan  kerja  (PHK)  dan
              persyaratannya tetap mengikuti aturan dalam UU tentang Ketenagakerjaan. Untuk peningkatan
              perlindungan kepada pekerja , pemerintah menerapkan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan
              (JKP).



              TIDAK MENGHILANGKAN CUTI HAMIL

              Cuti haid dan hamil bagi pekerja  tidak dilarang dalam RUU Cipta Kerja yang disahkan dalam
              rapat paripurna DPR Senin (5/10). "RUU tentang Cipta Kerja tidak menghilangkan hak cuti haid
              dan cuti hamil yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan," ujar Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR
              Supratman Andi Agtas, Senin (5/10).

              Selain itu, pemutusan hubungan kerja (PHK) dan persyaratannya tetap mengikuti aturan dalam
              UU  tentang  Ketenagakerjaan.  Untuk  peningkatan  perlindungan  kepada  pekerja,  pemerintah
              menerapkan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).

              "Dengan tidak mengurangi manfaat JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja), JKM (Jaminan Kematian),
              JHT  (Jaminan  Hari  Tua),  dan  JP  (Jaminan  Pensiun)  yang  tidak  menambah  beban  iuran  dari
              pekerja atau pengusaha." ujar Supratman.

              RUU Cipta Kerja, kata Supratman. merupakan RUU yang disusun dengan menggunakan metode
              omnibus law. Terdiri dari 15 Bab dan 174 Pasal, yang berdampak terhadap 1203 Pasal dari 79
              UU terkait dan terbagi dalam 7197 Daftar Inventarisasi Masalah (DIM).

              "Pembahasan DIM dilakukan oleh panitia kerja secara detail, intensif, dan tetap mengedepankan
              prinsip musyawarah untuk mufakat yang dimulai dari tanggal 20 April sampao 3 Oktober 2020."
              ujar Supratman.

              Selain itu. ada sejumlah poin yang telah disetujui selama pembahasan RUU Cipta Kerja. Beberapa
              di antaranya terkait pesangon, upah minimum, dan jaminan kehilangan pekerjaan. Terkait Upah
              Minimum Kabupaten /Kota (UMK). pemerintah dan DPR juga sepakat untuk tetap dijalankan
              dengan syarat atau kriteria tertentu. UMK juga tetap ada menyesuaikan inflasi dan tidak dikelom-
              pokan secara sektoral.

              Kerek  daya  saing  Pengusaha  meyakini  pengesahan  Rancangan  Undang-Undang  (RUU)  Cipta
              Kerja (Omnibus Law Ciptaker) menjadi Undang-Undang dapat mengerek daya saing Indonesia.
              Khususnya dalam hal tenaga kerja.

              "Sebab, apabila RUU Cipta Kerja tidak dilakukan maka daya saing pencari kerja kita relatif rendah
              dibanding  negara  lain." ujar  Wakil  Ketua  Umum  Kamar  Dagang  dan  Industri  (Kadin)  Bidang
              Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani kepada Kompas.com. Senin (5/10).

              Ia mengatakan, jika daya saing rendah maka akan membuat Investasi pindah ke negara lain
              yang lebih kompetitif. Ini akan sejalan dengan pencip-taan lapangan kerja yang Juga beralih ke
              negara lain, bukan ke Indonesia.
              "Maka penduduk yang tidak atau belum bekerja akan semakin tinggi, yang akhirnya Indonesia
                      akan terjebak dalam middle income trap." kata dia. (Tribunnews/ Kompas.com)



                                                           224
   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230