Page 223 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 223

dalam  UU  Ketenagakerjaan,"  jelas  Airlangga  ketika  memberikan  paparan  seusai  pengesahan
              RUU Cipta Kerja, Senin (5/10/2020).
              Di  dalam    UU  Cipta  Kerja,  pasal  mengenai  hak  cuti  pekerja  tertuang  dalam  pasal  79  Bab
              Ketenagakerjaan. Namun demikian, tidak ada klausul dalam beleid tersebut yang menjelaskan
              mengenai cuti haid atau melahirkan. Di dalam pasal 79 ayat (1) draft RUU tersebut dijelaskan,
              pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja.

              Selanjutnya  dijelaskan,  waktu  istirahat  untuk  di  antara  jam  kerja  diberikan  paling  sedikit
              setengah  jam  setelah  bekerja  selama  empat  jam  terus  menerus  dan  waktu  istirahat  tidak
              termasuk dalam jam kerja.

              Sementara itu untuk istirahat mingguan diatur satu hari untuk enam hari dan kerja dalam satu
              minggu. Di sisi lain, untuk cuti wajib tahunan wajib diberikan paling sedikit 12 hari kerja setelah
              pekerja tersebut bekerja selama 12 bulan atau satu tahun.

              "Pelaksanaan cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam perjanjian kerja,
              peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama," tulis ayat (4) pasal tersebut.

              Adapun  selain  waktu  istirahat  dan  cuti  yang  telah  dijelaskan  di  atas,  perusahaan  dapat
              memberikan istirahat panjang yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
              perjanjian kerja sama. Berdasarkan naskah  UU Cipta Kerja  yang diterima Kompas.com dari
              Badan Legislasi DPR, Senin (5/10/2020), ketentuan Pasal 79 yang mengatur waktu istirahat dan
              cuti pekerja diubah.

              Pasal 79 ayat (2) huruf (b) dalam Bab IV  UU Cipta Kerja  mengatur, pekerja wajib diberikan
              waktu istirahat mingguan satu hari untuk enam hari kerja dalam satu minggu.

              Ketentuan ini mengubah aturan dalam UU Ketenagakerjaan yang menyatakan, pekerja wajib
              diberikan waktu istirahat mingguan satu hari untuk enam hari kerja dalam satu minggu atau dua
              hari untuk lima hari kerja dalam satu minggu.

              Selain itu, Pasal 79 juga menghapus istirahat panjang dua bulan bagi pekerja yang telah bekerja
              selama enam tahun berturut-turut.

              Pasal 79 ayat (3)  UU Cipta Kerja  hanya mengatur pemberian cuti tahunan paling sedikit 12 hari
              kerja setelah pekerja/buruh bekerja selama 12 bulan secara terus-menerus.

              Pasal 79 Ayat (4) menyatakan, pelaksanaan cuti tahunan diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
              perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

              Kemudian Pasal 79 ayat (5) menyebut, perusahaan tertentu dapat memberikan istirahat panjang
              yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

              Adapun UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa perusahaan wajib memberikan istirahat panjang
              sekurang-kurangnya dua bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-
              masing satu bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja enam tahun berturut-turut.

              Ketentuan ini berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja enam tahun.

              Aturan tersebut tertuang dalam Pasal 79 ayat (2) huruf (d).

              Pada dua ayat lainnya, disebutkan hak istirahat panjang berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja
              di perusahaan tertentu yang diatur dengan keputusan menteri.




                                                           222
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228