Page 228 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 228

Ringkasan

              Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menolak aksi mogok kerja dan demo buruh terkait
              pengesahan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja. Sebab, aksi itu dapat mengganggu produktivitas
              dan berpotensi meningkatkan kasus Covid-19.



              DEMO BURUH GANGGU PRODUKTIVITAS

              Oleh Leonard Al Cahyoputra

              Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menolak aksi mogok kerja dan demo buruh terkait
              pengesahan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja. Sebab, aksi itu dapat mengganggu produktivitas
              dan berpotensi meningkatkan kasus Covid-19.

              Serikat pekerja berencana melakukan mogok kerja dan demo pada 6,7, dan 8 Oktober 2020
              untuk menolak pengesahan RUU Cipta Kerja. Adapun RUU Cipta Kerja telah disahkan oleh DPR
              menjadi UU dalam Sidang Paripurna DPR RI Tahun Sidang 2020-2021, Senin (5/10).

              Ketua  Umum  Aprisindo  Eddy  Widjanarko  mengatakan,  pihaknya  mengimbau  kepada  seluruh
              perusahaan anggota Aprisindo dan mitra usahanya (supplier) untuk tetap bekerja/ berproduksi
              seperti  biasa.  Ini  untuk  tetap  menjaga  produktivitas  industri  dalam  memenuhi  komitemen
              kontrak bisnisnya dengan pembeli.

              "Jangan sampai produktivitas industri terganggu, karena aksi demo dan mogok kerja, yang bisa
              merusak citra dan kredibilitas industri alas kaki di mata buyer dunia," ujar dia.

              Aprisindo,  kata  dia,  mengimbau  kepada  seluruh  anggota  untuk  bisa  menjaga  kondisi  di
              perusahaan tetap kondusif. Mereka juga mengimbau kepada seluruh anggota untuk mengajak
              pekerja dan serikat pekerja mengikuti ketentuan perundang-undangan mengenai mogok kerja,
              sebagaimana  termuat  dalam  surat  edaran  Apindo  Nomor  :  293/DPN/I.3/3B/IX/20  tentang
              Himbauan Terkait Rencana Mogok Nasional.

              "Kita  mengimbau  semua  pihak  menghindari  penyebaran  Covid-19,  dengan  tidak  ikut
              berpartisipasi dalam aksi demo dan mogok nasional tersebut," kata Eddy.

              Dia menerangkan, salah satu visi Aprisindo adalah menciptakan iklim investasi dan usaha yang
              kondusif  agar  dapat  berkompetisi  di  tingkat  global.  Atas  dasar  itu,  Aprisindo  mendukung
              pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan UU Cipta Kerja. "Kami berkeyakinan
              UU Cipta Kerja akan menjadi salah satu daya tarik untuk menarik investasi baru dan perluasan
              kapasitas industri pada sektor alas kaki di Indonesia," ujar Eddy.

              Sementara itu, Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi DKI
              Jakarta Sarman Simanjorang khawatir mogok kerja serikat buruh yang diikuti oleh aksi unjuk
              rasa berpotensi menjadi klaster penyebaran Covid-19 baru. Di tengah pandemi Covid-19, pekerja
              seharusnya turut membantu pemerintah dalam menekan penyebaran Covid-19

              "Selama  enam  bulan  perekonomian  kita  stagnan  akibat  pandemi  ini,  sehingga  pengusaha
              terpaksa melakukan PHK dan merumahkan hampir 3,06 juta pekerja. Hal ini semakin menambah
              angka pengangguran kita yang saat ini mencapai 7,05 juta orang, ditambah 2,24 juta angkatan
              kerja baru yang lulus setiap tahun," kata Sarman.

              Mogok kerja, kata Sarman, memang hak dasar Pekerja yang diatur dalam UU Nomor 13 tahun
              2020. Namun, berdasarkan aturan tersebut, mogok kerja hanya sah, apabila pengusaha dan
              serikat  pekerja  gagal  melakukan  perlindungan.  Serikat  Pekerja  juga  wajib  memberitahukan
              rencana tersebut kepada pengusaha dan dinas tenaga kerja secara terulis tujuh hari sebelum
                                                           227
   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233