Page 55 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 MEI 2021
P. 55

Akan tetapi, menurut para karyawan Indomaret, THR 1 bulan gaji itu tidak sesuai ketentuan.
              Sebab,  selama  ini  Indomaret  mengatur  besaran  THR  berdasarkan  masa  kerja.  Untuk  buruh
              dengan masa kerja kurang dari 3 tahun diberikan satu kali upah, masa kerja di atas 3 tahun
              tetapi kurang dari 7 tahun dibayarkan 1,5 kali upah, dan masa kerja di atas 7 tahun dibayarkan
              dua kali upah.

              Sementara  itu,  ada banyak  buruh  Indomaret yang  memiliki  masa  kerja di  atas  7  tahun dan
              seharusnya mendapatkan THR sebesar 2 kali upah berdasarkan aturan perusahaan. Namun,
              mereka hanya mendapatkan THR satu bulan upah sejak ada pandemi COVID-19.

              Inilah yang jadi dasar tuntutan para buruh ditambah dengan kasus Anwar Bessy tersebut.

              Presiden  KSPI  Said  Iqbal  menilai  telah  terjadi  pelanggaran  yang  serius  oleh  manajemen  PT
              Indomarco  Prismatama  dalam  membayar  THR  yang  tidak  sesuai  dengan  isi  peraturan
              perusahaan.

              "Serikat buruh berpendapat, manajemen dalam membayar THR 2020 tidak sesuai peraturan
              perusahaan  yang  sudah  terdaftar  di  Dinas  Tenaga  Kerja  dan  aturan  perundangan-undangan
              seperti UU No 13 Tahun 2003 dan PP No 78 Tahun 2015," kata Said Iqbal.

              Kedudukan Peraturan Perusahaan sebagaimana Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah setara
              dan  sama  nilainya  dengan  undang-undang.  Peraturan  perusahaan  mengikat  terhadap
              pekerjanya.

              Dengan demikian THR bagi pekerja Indomarco yang punya masa kerja 7 tahun ke atas yang
              dibayarkan  50%  dari  nilai  peraturan  telah  melanggar  hukum,  patut  diduga  ada  unsur
              pelanggaran perdata serta pidana (penggelapan upah buruh dalam bentuk THR).

              "Tidak membayar THR sesuai dengan isi peraturan perusahaan, seharusnya didahului dengan
              perundingan untuk mendapatkan kesepakatan dengan pihak pekerja atau serikat pekerja yang
              mewakili buruh. Bukan membayar secara sepihak THR sebesar 50% dari peraturan perusahaan
              tersebut," ujarnya.

              "Alih-alih  perusahaan  tunduk  pada  undang-undang  ketenagakerjaan,  malah  buruh  yang
              menuntut pembayaran THR sesuai peraturan perusahaan dikriminalisasi. Dalam hal ini, Anwar
              Bessy alias Ambon dianggap melakukan tindak pidana," tambahnya.

              Padahal seharusnya, lanjut Said, kerusakan yang ditimbulkan (kurang lebih 20 Cm gypsum yang
              rusak  akibat  tindakan  spontan  Anwar  Bessy  yang  marah  karena  perusahaan  melanggar  isi
              peraturan perusahaan), dilakukan perdamaian dan cukup mengganti kerugian. Tidak membawa
              ke ranah pidana yang mengancam Anwar Bessy dengan hukuman penjara.

              Sikap Said ini senada dengan pernyataan Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti yang
              meminta agar perseteruan antara PT Indomarco Prismatama (Indomaret) dengan karyawannya
              terkait THR tidak dibawa ke ranah pidana, tetapi cukup dilakukan ganti rugi. Apalagi, perkiraan
              Said Iqbal, gypsum yang rusak itu nilainya hanya di kisaran 50 ribu. Tidak sebanding dengan
              kekayaan pemilik Indomaret Group yang merupakan orang terkaya keenam di Indonesia versi
              Forbes 2019. Bahkan ada informasi, dinding Gypsum tersebut saat ini sudah tidak lagi digunakan.

              Sebagai bentuk dukungan terhadap FSPMI, KSPI akan membawa kriminalisasi Anwar Bessy ke
              Sidang ILO di Jeneva pada bulan Juni 2021 karena adanya dugaan pelanggaran Konvensi ILO
              No 87 tentang Kebebasan Berserikat dan No 98 tentang Hak Berunding. KSPI sebagai anggota
              Konfederasi Serikat Buruh Sedunia (ITUC) akan meminta ILO mengirim surat ke Pemerintah
              Indonesia dan Manajemen Indomarco.




                                                           54
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60