Page 19 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 APRIL 2021
P. 19
Di samping itu, menurut dia, kondisi tingkat bunga rendah atau ultra low interest rate
environment menyebabkan yield dari deposito tidak lagi menarik. Apalagi saat ini likuiditas
bank cukup tebal, sehingga banyak bank menolak untuk menerima dana deposito dari BPJS
Jamsostek. Kalaupun ada, bank-bank itu memberi bunga yang sangat rendah. Sebagai contoh,
suku bunga deposito Himbara saat ini di level 3-3,25%. Besaran suku bunga itu dinilai tidak
mampu menambal liabilitas BP Jamsostek.
Edwin menegaskan, nilai dana investasi deposito saat ini mencapai Rp 70 triliun. Dia memastikan
bahwa dana itu cukup untuk menambal potensi klaim selama dua tahun. Dalam hal ini,
masyarakat tidak perlu khawatir dengan risiko unrealize loss yang sedang terjadi. Hal yang
perlu dikhawatirkan adalah nilai Rp 70 triliun itu tidak memberikan imbal hasil yang cukup.
"Sehingga ke depan kami akan melakukan realokasi terhadap dana kelolaan. Pertama, kami akan
mengurangi deposito karena return deposito tidak terlalu banyak. Kami akan realokasi dana
deposito ke obligasi. Obligasi ini bisa obligasi pemerintah atau obligasi korporasi. Tentunya
obligasi korporasi ini harus ada rating minimal, kami tidak bisa menempatkan dana di perusahaan
yang ratingnya A- (A minus)," ungkap dia.
Lebih lanjut, untuk bisa mendapatkan imbal hasil lebih baik, maka manajemen baru BP
Jamsostek turut berencana memaksimalkan instrumen penempatan langsung. Saat ini,
penyertaan langsung yang hanya 0,1% akan digenjot sesuai aturan hingga porsi 5% atau setara
Rp 25 triliun dari dana kelolaan saat ini.
Meski begitu, kendala juga ditemui karena PP 99/2013 dan PP 55/2015 penyertaan langsung
hanya memperbolehkan dilakukan pada bidang usaha yang mendukung operasional BP
Jamsostek. Misalnya saja interpretasi bahwa investasi di jalan tol yang sama sekali tidak
mendukung operasional badan. Oleh karena itu, manajemen baru turut meminta restu dan
dukungan DPR untuk memperluas interpretasi aturan tersebut.
Terkait risiko, sambung Edwin, analisis penyertaan langsung oleh BP Jamsostek akan dilakukan
dengan menggandeng SWF yang dianggap lebih memiliki kapabilitas. Hal itu setidaknya akan
dilakukan selama lima tahun sampai BP Jamsostek mampu memiliki SDM yang mumpuni guna
menganalisis risiko.
Edwin menekankan, sederet upaya realokasi portofolio investasi itu adalah bagian dari
memperbaiki adanya unrealize loss dan memaksimalkan hasil investasi untuk para peserta. Selain
itu, perthitungan unrealize loss juga tidak dibebankan pada peserta tapi pada program yang
menyumbang defisit yakni JHT.
Anggoro memastikan, tidak ada hubungan antara unrealize loss dengan kesulitan peserta
melakukan klaim. Kedua hal itu berbeda lantaran BP Jamsostek memiliki likuiditas berlebih,
sementara sulitnya klaim dipengaruhi proses pelayanan yang berlarut.
"Itu adalah hal yang berbeda. Klaim susah karena prosesnya masih sarat akan dokumen. Jadi
secara internal kami melakukan simplifikasi, pengurangan dokumen, yang sebelumnya klaim itu
butuh 14 dokumen, itu akan kami simplifikasi," tandas Anggoro.
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id).
18