Page 95 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 APRIL 2021
P. 95
Bagi Ida, bantuan dari pemerintah yang sifatnya terbatas menjadi tantangan bagi pengelola
dalam menjaga keberlangsungan BLK Komunitas.
"Jangan biarkan BLK Komunitas mati setelah tidak mendapatkan paket pelatihan dari
Kementerian Ketenagakerjaan," ucapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Untuk itu, dia meminta pengelola BLK Komunitas bisa memanfaatkan segala sumber daya untuk
mendukung program BLK, termasuk merangkul para pemangku kepentingan dari semua
kalangan.
"Agar keberlangsungan BLK dapat terjaga, pengelola harus bisa rangkul semua stakeholder,"
tegas mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 1999 hingga 2018 tersebut.
Ida mengatakan, dalam menjaga keberlangsungan BLK Komunitas, pengelola perlu bekerja sama
dengan pelaku usaha dan industri, kemudian memetakan kebutuhan tenaga kerja.
"Selanjutnya didesain pelatihan yang bisa mendukung kebutuhan industri, sehingga ke depannya
pengelola bisa membuka kejuruan pelatihan di luar yang telah dibuka sebelumnya," terangnya.
Selain itu, pengelola juga dapat mencari peluang dari pemanfaatan dana corporate social
responsibility (CSR) perusahaan untuk pelatihan.
Dengan begitu, pemerintah bisa mendesain pelatihan program dan pembiayaan pelatihan
dengan memanfaatkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), atau dengan
mengakses program pemerintah yang relevan seperti dana desa.
"Kegigihan dan kepiawaian pengola sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan
pelatihan vokasi di BLK Komunitas," ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, Ida juga berpesan kepada para santri agar memanfaatkan pelatihan
yang ada di BLK dengan sebaik-baiknya.
Sebab, menurutnya, di era revolusi industri 4.0, fleksibilitas dan kompetensi menjadi poin utama
dalam persaingan di dunia kerja.
Terlebih, apabila kompetensi tersebut yang sudah tersertifikasi, maka kebutuhannya sangat
penting dalam menghadapi persaingan yang ketat di masa depan.
Ia menuturkan, dengan adanya pelatihan kompetensi bagi santri di BLK Komunitas, lulusan
pesantren akan memiliki keunggulan lebih di pasar kerja.
Sebab, selain menguasai hard skill, santri sudah barang tentu memiliki dasar agama kuat yang
menjadi landasan soft skills .
"Jadi kepada para santri, teruslah mengembangkan soft skill, ilmu agama dan akhlakul karimah
sebagai ciri khas lulusan pesantren. Karena kompetensi tanpa budi pekerti yang baik tidak akan
bermanfaat," pesannya.
94