Page 175 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 AGUSTUS 2020
P. 175

Informasi  tersebut  diperoleh  Arda  dari  Direktur  Jenderal  (Dirjen)  Pembinaan  Penempatan
              Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Kemenaker.

              "Ada 14 negara yang dimungkinkan. Tapi ini baru informasi lisan dari Dirjen. Tentunya nanti
              akan ada ke-putusan Dirjen," jelas Arda saat dihubungi Tribun Bali melalui sambungan telepon
              dari Denpasar, Minggu (2/8).

              Ke-14  negara  yang  dimaksud  yakni  Aljazair,  Australia,  Hongkong,  Korea  Selatan,  Kuwait,
              Maladewa, Nigeria, Uni Emirat Arab, Polandia, Qatar, Taiwan, Turki, Zambia, dan Zimbabwe.

              Bagi PMI penempatan Taiwan sudah dibuka untuk semua sektor pekerjaan. Sementara untuk
              penempatan Australia, Korea Selatan, Nigeria, dan Polandia juga dibuka untuk semua sektor,
              namun terbatas pada pemberi kerja berbadan hukum.

              Negara Kuwait juga dibuka untuk semua sektor pada pemberi kerja berbadan hukum, namun
              dikecualikan untuk sektor kesehatan.
              Kemudian untuk negara lainnya belum dibuka semua sektor, seperti Aljazair baru dibuka khusus
              konstruksi, Hongkong untuk domestik dan Maladewa serta Turki untuk hospitality.

              Uni Emirat Arab juga dibuka untuk hospitality, namun dikecualikan untuk sektor kesehatan.
              Selanjutnya  untuk  negara  Zambia  dan  Zimbabwe  baru  dibuka  khusus  untuk  sektor
              pertambangan.

              Skema memberangkatkan pekerja ke berbagai negara tersebut juga berbeda, ada yang melalui
              goverment to government (G to G), private toprovate (P to P), untuk kepentingan perusahaan
              sendiri (UKPS) dan/atau PMI perseorangan.

              Sebelumnya Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziah, menerbitkan Keputusan Menteri nomor 294
              tahun 2020 tentang Pelaksanaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia pada Masa Adaptasi
              Kebiasaan Baru. Terbitnya peraturan ini sekaligus mencabut Kep-menaker Nomor 151 Tahun
              2020 tentang Penghentian Sementara Penempatan Pekerja Migran Indonesia.


              Arda menuturkan, PMI yang diprioritaskan berangkat bekerja yakni mereka yang sudah siap
              secara  administrasi,  baik  dari  segi  visa,  memiliki  surat  resmi  penempatan  tenaga  migran
              Indonesia (SP2MI) dan sebagainya.

              Para  calon  PMI  yang  sudah  memiliki  syarat  lengkap  ini  sebenarnya  sudah  mau  berangkat
              beberapa waktu lalu, namun karena pandemi Corona-virus Disease 2019 (Covid-19) dan adanya
              Kepmenaker Nomor 151 Tahun 2020, mereka tidak bisa berangkat.

              "Karena itu saya berharap sepanjang calon PMI sudah memiliki syarat lengkap maka dipersilakan
              untuk berangkat," tandasnya.
              Arda menambahkan, jika seandainya ada PMI asal Bali yang bakal berangkat bekerja ke luar
              negeri, pihaknya bakal melakukan pendataan melalui aplikasi. Saat mendaftar melalui aplikasi
              tersebut, ada beberapa bahan yang harus diunggah oleh PMI, seperti Kartu Tanda Penduduk
              (KTP), surat persetujuan dari keluarga, surat perjanjian kerja dengan pihak perusahaan, surat
              keterangan sehat, dan surat keikutsertaan dalam jaminan sosial kesehatan.

              Tak hanya itu, PMI juga wajib mengisi nomor telepon yang bisa dihubungi sehingga suatu saat
              bisa dikontak oleh pihak Disnaker ESDM Provinsi Bali. "Aplikasi kemarin sudah diumumkan oleh
              Komin-fos sebenarnya sudah siap. Ketika update diri, tidak hanya untuk mereka yang sempat
              pulang ke Bali, tetapi juga bagi PMI yang masih ada di luar negeri. Jadi mereka yang masih di
              luar negeri jadi bisa update diri,"jelasnya, (sui)


                                                           174
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180