Page 31 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 AGUSTUS 2020
P. 31

Program-program pelatihannya itu langsung dan menyentuh pada kebutuhan industri. Jadi kalau
              industri butuh apa, bisa didesain. Pelatihan fleksibel dan bisa dikombinasikan dengan program-
              program lainnya.

              Pelatihan di BLK juga tidak ada batasan usia. Selama mau belajar dan berlatih bisa difasilitasi.
              Tapi, BLK sendiri menyeleksi untuk mengetahui minat, bakat, dan motivasi. Dengan seleksi tadi
              tentunya tingkat keberhasilan pelatihan itu tinggi sehingga peserta mereka bisa kompeten dan
              bisa terserap pasar kerja dan berwirausaha.
              Pada masa pandemi Covid-19 pelatihan di BLK sempat terhenti. Bagaimana persiapan Kemnaker
              membuka pelatihan di BLK dalam menghadapi AKB?

              Ketika  pandemi,  memang  pelatihan  reguler  kita  tutup,  tapi  tidak  100  persen.  Kita  juga
              mendesain yang kita sebut program pelatihan tanggap Covid-19. Program-program ini khusus
              memproduksi barang-barang yang bisa mencegah penularan Covid-19. Misal produksi masker,
              hazmat,  wastafel  portable.  Hasilnya  cukup  signifikan.  Minggu  lalu  secara  nasional  sudah
              diserahkan oleh Bu Menteri Ketenagakerjaan.

              Pada masa AKB format pelatihannya masih tatap muka?

              Dengan adanya pandemi kita disadarkan pelatihan-pelatihan yang kita laksanakan tidak reguler,
              tapi  memanfaatkan  sistem  teknologi  informasi.  Misalkan  pelatihannya  dilakukan  online  dan
              offline maupun blended learning. Itu sudah kita persiapkan. Dengan adanya pandemi mau tidak
              mau kita mulai.

              Untuk tatap muka atau offline itu langsung di BLK. Sedangkan, online atau blended learning
              sebagian materi online, tapi praktik skema offline dan tetap bertemu di BLK dengan mengikuti
              protokol kesehatan.

              Dengan  adanya  kebijakan  otonomi  daerah,  ada  BLK-BLK  yang  menjadi  tanggung  jawab
              pemerintah daerah. Bagaimana Kemnaker menjaga kualitas BLK-BLK tersebut?

              Sejak diterapkan otonomi daerah, pemerintah pusat tidak bisa intervensi total kepada BLK di
              bawah pemerintah daerah. Jadi kita hanya bisa membantu biaya-biaya pelatihan, peralatan,
              akreditasi, sertifikasi, dan lain sebagainya.
              Oleh karena itu kita berharap ada sharing cost dari pemerintah daerah. Pemda mau membangun
              fasilitas  untuk  workshop  dan  ruang  teori  pelatihan  serta  memeliharanya.  Kita  membantu
              peralatan, biaya pelatihan, sertifikasi dan akreditas.

              Indonesia diramalkan menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar keempat di dunia
              pada 2045. Apa BLK yang ada di Indonesia sudah siap?

              Untuk mewujudkan negara terbesar di bidang ekonomi pada tahun 2045, setiap tahunnya mulai
              sekarang setidak-tidaknya kita memproduksi tenaga terampil dan semi terampil itu 3 juta tenaga
              kerja terampil per tahun. Tapi harus lintas sektor sehingga jumlah ini bisa ter-cipta pertahunnya.
              a m ma'ruf /P-4













                                                           30
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36