Page 43 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 NOVEMBER 2020
P. 43
Dampak ke puluhan juta orang tersebut berbeda-beda. Selain memicu pengangguran, terdapat
760 ribu orang lainnya masuk menjadi bukan angkatan kerja (BAK) karena Covid-19. BAK karena
Covid-19 merupakan penduduk usia kerja yang termasuk bukan angkatan kerja dan memiliki
pengalaman berhenti bekerja karena pandemi pada periode Februari-Agustus 2020.
Sedangkan, sebanyak 1,77 juta orang lainnya sementara tidak bekerja karena pandemi
Selebihnya sebanyak 24,03 juta orang bekerja dengan pengurangan jam kerja karena Covid-19.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, perhitungan dampak pandemi Covid-19
keketenagakerjaan tidak bisa dihitung dari kenaikan pengangguran semata. Efeknya harus dilihat
dari seberapa besar penduduk usia kerja yang masuk ke kategori BAK maupun sementara tidak
bekerja karena pandemi.
"Sehingga dengan demikian kita bisa mendapatkan gambaran lengkap dampak Covid terhadap
kete-nagakerjaan di Indonesia," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (5/11).
BPS mencatat jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 9,77 juta orang pada Agustus 2020
atau 7,07 persen terhadap jumlah angkatan kerja. Angka tersebut naik 2,67 juta orang
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu dengan tingkat pengangguran terbuka
(TPT) sebesar 5,23 persen.
BPS menyebutkan, peningkatan pengangguran terbuka paling besar terjadi di perkotaan, yakni
8,98 persen. Angka ini meningkat dibandingkan Agustus 2018 dan 2019 yang masing-masing
sebesar 6,44 persen dan 6,29 persen.
Sementara itu, kenaikan pengangguran di desa cenderung landai. Pada Agustus 2020,
kontribusinya sebesar 4,71 persen terhadap jumlah pengangguran secara keseluruhan, naik dari
3,92 persen pada 2019 dan3,97persen pada 2018. "Jadi, kita lihat, pandemi dampaknya jauh
lebih tajam untuk di kota," tutur Suhariy anto.
TPT tertinggi terjadi di DKI Jakarta yang sebesar 10,95 persen dan Banten yang mencapai 10,64
persen. Namun, kenaikan TPT teibesar terjadi di Bali yang semula hanya 1,57 persen pada
Agustus 2019 menjadi 5,63 persen pada Agustus 2020.
Suhariyanto menuturkan, pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas wisata menjadi penyebab
utama peningkatan TPT di Pulau Dewata karena pariwisata adalah sektor unggulan di Bali. "Kita
sadari, Covid-19 menghantam keras pariwisata dan di Bali pariwisata memiliki peranan besar,"
katanya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira
menyatakan, resesi ekonomi perlu ditangani agar tidak mengarah ke gelombang kebangkrutan
massal perusahaan di dalam negeri. Penanganan diperlukan agar pemutusan hubungan kerja
(PHK) di berbagai sektor bisa terhindarkan dan tidak menyumbang angka pengangguran serta
kenaikan jumlah orang miskin baru.
Angkatan kerja baru, kata dia, semakin sulit bersaing karena lowongan kerja menuiun.
Sedangkan, perusahaan dalam melakukan rekrutmen akan memprioritaskan karyawran lama
yang sudah berpengalaman.
Pemerintah, kata dia, bisa melakukan berbagai upaya demi mencegah resesi semakin dalam. Di
antaranya dengan merombak total seluruh program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang
pencairannya macet dan konsepnya bermasalah. Contohnya Kartu Prakerja, subsidi bunga, dan
penempatan dana pemerintah di perbankan.
Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menyatakan, perusahaan teras berupaya menghindari PHK
42