Page 94 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 OKTOBER 2020
P. 94

Jauh-jauh hari pula, Komnas HAM juga menyampaikan sejumlah catatan, dari mulai prosedur
              perencanaan dan pembentukan yang dianggap tidak sejalan dengan tata cara atau mekanisme
              yang telah diatur dalam UU No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

              Komnas HAM juga menyebut UU Cipta Kerja akan membutuhkan sekitar 516 peraturan pelaksana
              yang  bertumpu  pada  kekuasaan  dan  kewenangan  lembaga  eksekutif,  di  mana  berpotensi
              memicu terjadinya penyalahgunaan wewenang atau abuse of power.

              Hal itu jelas tidak sesuai dengan prinsip peraturan perundang-undangan yang sederhana, efektif,
              dan  akuntabel.  Selain  itu,  UU  Ciker  seolah-olah  seperti  UU  superior,  yang  dikhawatirkan
              menimbulkan kekacauan tatanan hukum dan ketidakpastian hukum.

              Belum lagi soal risau pemenuhan hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi setiap
              masyarakat,  pelemahan  atas  kewajiban  negara  untuk  melindungi  hak  atas  lingkungan  hidup
              yang  baik  dan  sehat  hingga  kecemasan  soal  pemenuhan  hak  dan  ketimpangan  akses  serta
              kepemilikan sumber daya alam.
              Untuk itu, Harian ini mendorong seluruh elemen masyarakat untuk jernih dalam mengkritisi UU
              Ciker. Kita tidak bisa serta merta menolak UU tersebut jika belum membandingkannya dengan
              setidaknya 76 UU lain yang menjadi rujukannya.

              Selain itu, Harian ini juga berharap pemerintah aktif untuk menyosialisasikan UU sapu jagat ini
              agar masyarakat dapat memahaminya secara jelas.

              Pemerintah dan parlemen tentu ingat bahwa undang-undang adalah manifestasi hukum yang
              harus mencerminkan moralitas dan keadilan, yang sering diistilahkan sebagai lex iniusta non est
              lex  atau  dengan  kata  lain  undang-undang  yang  tidak  adil  bukanlah  undang-undang.  Tanpa
              moralitas,  undang-undang  bukanlah  hukum.  Asumsinya  adalah  pembentuk  undang-undang
              sangat mungkin membentuk undang-undang yang tidak sesuai hukum.

              Ada banyak hal sebuah undang-undang dinilai tidak sesuai hukum, di antaranya gagal membuat
              aturan yang dapat dipahami, membuat aturan yang saling bertentangan satu dengan lainnya,
              membuat aturan yang memaksakan persamaan dengan kepatuhan, mengubah aturan menjadi
              tidak jelas hingga ketidaksesuaian antara aturan dan praktik di lapangan.

              Sudahkah UU Cipta Kerja seperti itu?






























                                                           93
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99