Page 143 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 JULI 2021
P. 143

organisasi buruh Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI). Ida berharap seluruh
              pihak menghormati atas apa yang telah menjadi putusan MK.
              "Alhamdulillah  MK  sudah  menyatakan  bahwa  pemohon  tidak  memiliki  kedudukan  hukum
              sehingga permohonan pemohon tidak dapat diterima," kata Ida dalam keterangan tertulis, Kamis
              (1/7/2021).

              "Sekarang saatnya kita menatap ke depan menyelesaikan pandemi COVID-19 dan membangun
              ketenagakerjaan lebih baik lagi," imbuhnya.

              Sementara itu, Sekjen Kemnaker Anwar Sanusi menilai logis putusan dari MK dalam perkara 109
              yang diajukan oleh pemohon (K) SBSI. Putusan MK tersebut telah menunjukkan ketelitian dan
              objektifitas MK dalam memeriksa status kedudukan hukum pemohon Uji Materiil UU Cipta Kerja,
              khususnya Klaster Ketenagakerjaan.

              "Yang  bertindak  untuk  dan  atas  nama  organisasi  ya  memang  seharusnya  berpatokan  pada
              AD/ART organisasi tersebut," ucapnya.

              Diketahui, dalam Amar putusannya, Ketua MK Anwar Usman yang didampingi delapan hakim
              konstitusi lainnya menyatakan permohonan (KSBSI tidak dapat diterima. Alasannya, pemohon
              tidak memiliki kedudukan hukum (persona standi in judicio) untuk mengajukan permohonan.

              "Amar putusan, mengadili, menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima," kata Anwar
              Usman.
              "Karenanya, Mahkamah tidak mempertimbangkan pokok permohonan," imbuh Hakim Konstitusi
              Suhartoyo saat membacakan pertimbangan hukum putusan.

              Selain itu, MK dalam pertimbangan hukumnya menyebutkan, Pemohon dalam permohonannya
              menerangkan selaku Badan Hukum Perkumpulan yang telah tercatat di Suku Dinas Tenaga Kerja
              Jakarta Pusat dan terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM.

              Langsung klik halaman berikutnya.

              Pemohon dalam hal ini diwakili oleh Prof. Dr. Muchtar Pakpahan, S.H., M.H., selaku Ketua Umum
              DPP (K)SBSI dan Vindra Whindalis selaku Sekretaris Jenderal berdasarkan hasil Kongres ke-6
              (K)SBSI. Sebelum Mahkamah lebih lanjut mempertimbangkan kerugian konstitusional Pemohon,
              terlebih dahulu Mahkamah akan mempertimbangkan kapasitas Pemohon sebagai Badan Hukum
              Perkumpulan untuk mengajukan permohonan.

              Berdasarkan  Pasal  47  ayat  (2)  dan  ayat  (4)  Anggaran  Dasar  (K)SBSI  dan  Pasal  12  ayat  (7)
              Anggaran Rumah Tangga (K)SBSI menyatakan Ketua Umum berwenang bertindak untuk dan
              atas nama organisasi baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Kemudian Pasal 12 ayat (8)
              huruf a Anggaran Rumah Tangga (K)SBSI menyatakan Sekretaris Jenderal berwenang bertindak
              untuk dan atas nama organisasi terkait dengan administrasi organisasi baik kedalam maupun
              keluar organisasi.

              Dengan  demikian  yang  dapat  bertindak  untuk  mewakili  Badan  Hukum  Perkumpulan  (K)SBSI
              adalah Ketua Umum untuk mewakili organisasi secara umum dan Sekretaris Jenderal terbatas
              pada administrasi organisasi.

              "Oleh karena itu, dalam konteks permohonan pengujian undang-undang di MK, yang berwenang
              mengajukan permohonan secara absolut harus ketua umum," jelas Suhartoyo.

              Pemohon  dalam  permohonannya  mengujikan  sejumlah  pasal  dalam  UU  Cipta  Kerja.  Adapun
              norma yang dimohonkan pengujian konstitusionalitasnya adalah Pasal 81 angka 15, Pasal 81
              angka 18, Pasal 81 angka 19, Pasal 81 angka 26, Pasal 81 angka 27, Pasal 81 angka 37, Pasal
                                                           142
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148