Page 108 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 108

HARAPAN BARU DI TENGAH KONTROVERSI CIPTA KERJA

              Pemerintah resmi menjadikan omnibus law Cipta Kerja merjadi Undang-Undang (UU) dengan
              Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja. Presiden Joko Widodo meneken pengesahan UU ini pada 2
              November 2020.

              Belum genap sehari, beleid resmi setebal 1.187 halaman ini masih tetap mengundang protes
              dan kontroversi. Mulai dari makna seperti halnya arti minyak dan gas bumi hingga rujukan pasal
              yang tak ada dalam pasal yang dirujuk.

              Meski begitu, Menteri Sekretaris Negara Pratikno memastikan UU ini tetap diterapkan meski ada
              kesalahan  teknis  penulisan.  "Kekeliruan  bersifat  teknis  administratif,  tidak  berpengaruh  ke
              implementasi UU Cipta Kerja," kata Pratikno, Selasa (3/11).

              Implementasi UU Cipta Kerja ini ditunggu bagi banyak pihak, utamanya pelaku usaha. Mereka
              optimistis beleid ini dan turunannya akan mampu menarik investasi sehingga bisa membuka
              lapangan kerja baru. "UU ini akan membuat investasi masuk ke Indonesia, tidak cuma investor
              asing melainkan juga pebisnis dalam negeri," ujar Sutrisno Iwantono, Ketua Bidang Kebijakan
              Publik, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).

              Ajib Hamdani, Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan Himpungan Pengusaha Muda Indonesia
              (Hipmi) berharap, pemerintah segera merilis aturan turunan UU in agar bisa diimplementasikan.
              Pemerintah harus mengebut penyelesaian 137 Peraturan Pemerintah (PP) dan lima Peraturan
              Presiden (Perpres) sebagai pelaksana UU No 11/2020 ini.


              Gelombang uji materi

              Harapan  pemerintah  dan  pengusaha  agar  beleid  baru  mengundang  investasi  baru  tak
              menyurutkan protes terhadap aturan ini. Beberapa kelompok masyarakat langsung mengajukan
              uji materi UU No 11/2020 ke Mahkamah Konstitusi (MK). MK mencatat, Selasa (3/11) sore, ada
              empat pihak yang mengajukan permohonan uji materi terhadap UU ini.


              Dari empat permohonan uji materi tersebut, tiga permohonan sudah diagendakan sidang. "Yang
              sudah  diagendakan  sidang  ada  tiga.  Tambahan  baru  dari  permohonan  KSPI,"  ucap  Fajar
              Laksono, Juru Bicara MK kepada KONTAN, kemarin, (3/11).

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyatakan, uji materi UU No
              11/2020  ini  diajukan karena  UU  ini  membuat  Indonesia  kembali ke  rezim  upah  murah  yang
              merugikan buruh. UU Cipta Kerja ini juga membuat pemerintah pusat dan pemerintah daerah
              tak wajib lagi menaikkan upah minimum. Padahal upah minimum adalah perlindungan negara
              ke masyakarat lemah.


              Selain  itu,  pengaturan  tenaga  alih  daya  di  UU  No  11/2020  bisa  diterapkan  di  semua  jenis
              pekerjaan sehingga korporasi tak perlu merjadikan pekerja alih daya sebagai karyawan Sumber:
              Riset  KONTAN,  Mahkamah  Konstitusi  tetap  korporasi  "Seluruh  isi  UU  Cipta  Kerja  khususnya
              klaster ketenagakerjaan merugikan buruh," tandas Said.

              Direktur  Pusat  Studi  dan  Kajian  Konstitusi  Fakultas  Hukum  Universitas  Andalas  Feri  Amsari
              menyebut, kontroversi UU Cipta Kerja merupakan buah dari penyusunan UU yang tertutup dan



                                                           107
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113