Page 133 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 APRIL 2021
P. 133

PEKERJA OUTSOURCING DAN KARYAWAN KONTRAK BERHAK TERIMA THR,
              BAGAIMANA HITUNGAN THR KARYAWAN KONTRAK?
              TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,  JAKARTA  -  Dirjen  Pembinaan  Hubungan  Industrial  dan  Jaminan
              Sosial Tenaga Kerja (PHI dan Jamsos ) Kemnaker Indah Anggoro Putri menegaskan pekerja
              dengan status outsourcing (alih daya), karyawan kontrak, ataupun pekerja tetap (PKWT dan
              PKWTT) berhak menerima Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan.

              Pembayaran THR Keagamaan ini sesuai Surat Edaran (SE) Nomor M/6/HK.04/IV/2021 tentang
              Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Tahun 2021 bagi Pekerja atau
              Buruh di Perusahaan, pada prinsipnya mewajibkan pengusaha untuk memberi THR Keagamaan
              secara penuh kepada pekerja/buruhnya pada H-7 Lebaran.

              "THR Keagamaan wajib diberikan dalam bentuk uang rupiah dan paling lambat 7 hari sebelum
              hari raya keagamaan," kata Dirjen Putri dalam siaran pers, Minggu 26 April 2021.

              Putri  menjelaskan,  terdapat  tiga  jenis  karyawan  atau  buruh  yang  berhak  memperoleh  THR
              Keagamaan.

              Pertama, pekerja atau buruh berdasarkan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) atau PKWTT
              (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) yang memiliki masa kerja 1 bulan secara menerus atau
              lebih.

              Kedua, pekerja atau buruh berdasarkan PKWTT yang mengalami PHK oleh pengusaha terhitung
              sejak H-30 hari sebelum hari raya keagamaan.

              Kemudian ketiga, pekerja atau buruh yang dipindahkan ke perusahaan lain dengan masa kerja
              berlanjut, apabila dari perusahaan lama belum mendapatkan THR.

              "THR wajib dibayar penuh dan tepat waktu. Dalam pembayaran THR tidak ada perbedaan status
              kerja. Pekerja outsourcing maupun pekerja kontrak, asalkan telah bekerja selama 1 bulan atau
              lebih dan masih memiliki hubungan kerja pada saat hari keagamaan berlangsung, maka berhak
              mendapatkan THR juga," tegas Putri.

              Bagaimana dengan hitungannya? Berdasarkan peraturan THR Keagamaan, ketentuan besar THR
              yang diterima adalah 1 bulan upah untuk pekerja atau buruh yang mempunyai masa kerja 12
              bulan secara terus menerus atau lebih.

              Adapun bagi pekerja buruh yang masa kerjanya 1 bulan secara terus menerus sampai dengan
              kurang dari 12 bulan, berhak mendapat THR yang dihitung secara proporsional sesuai masa
              kerjanya.

              Penghitungan upah sebulan yakni upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih (clean
              wages), atau upah pokok termasuk tunjangan tetap. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan
              tunjangan tidak tetap maka perhitungan THR dihitung berdasarkan upah pokok.

              "Dari  perhitungan  upah  tersebut,  tidak  menutup  kemungkinan  perusahaan  juga  dapat
              memberikan THR yang nilainya lebih besar dari peraturan perundang-undangan, di mana hal
              tersebut  terlebih  dahulu  ditetapkan  dalam  perjanjian  kerja,  peraturan  perusahaan  atau
              perjanjian  kerja  bersama  atau  kebiasaan  yang  selama  ini  memang  telah  dilakukan  oleh
              perusahaan," tambah Putri.

              Sementara  pekerja  atau  buruh  yang  bekerja  berdasarkan  perjanjian  kerja  harian,  upah  satu
              bulan dihitung melalui dua ketentuan.





                                                           132
   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138