Page 484 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 APRIL 2021
P. 484

PEKERJA KONTRAK DAN OUTSOURCING TETAP BERHAK TERIMA THR, BERIKUT
              KRITERIANYA
              POTENSI BISNIS - Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI
              dan Jamsos) Kemenaker, Indah Anggoro Putri, memastikan pekerja dengan status outsourcing
              (alih daya), kontrak ( PKWT ) ataupun pekerja tetap ( PKWTT ) berhak menerima Tunjangan
              Hari Raya ( THR ) Keagamaan.

              Pembayaran THR Keagamaan ini sesuai Surat Edaran (SE) Nomor M/6/HK.04/IV/2021 tentang
              Pelaksanaan  Pemberian  Tunjangan  Hari  Raya  (  THR  )  Keagamaan  Tahun  2021  bagi
              Pekerja/Buruh di Perusahaan. Pada prinsipnya, kata dia, SE ini mewajibkan pengusaha untuk
              memberi THR Keagamaan secara penuh kepada pekerja/buruhnya pada H-7 Lebaran.

              " THR Keagamaan wajib diberikan dalam bentuk uang rupiah dan paling lambat 7 hari sebelum
              hari raya keagamaan," kata Indah Anggoro, Minggu, 25 April 2021, dikutip PotensiBisnis.com
              dari Pikiran Rakyat.
              Indah menjelaskan, ada tiga jenis pekerja/buruh yang berhak memperoleh THR Keagamaan.

              Pertama,  pekerja/buruh  berdasarkan  PKWT  (Perjanjian  Kerja  Waktu  Tertentu)  atau  PKWTT
              (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) yang memiliki masa kerja 1 bulan secara menerus atau
              lebih.

              Kedua, pekerja/buruh berdasarkan PKWTT yang mengalami PHK oleh pengusaha terhitung sejak
              H-30 hari sebelum hari raya keagamaan.

              Ketiga, pekerja/buruh yang dipindahkan ke perusahaan lain dengan masa kerja berlanjut, apabila
              dari perusahaan lama belum mendapatkan THR.

              "THR wajib dibayar penuh dan tepat waktu. Dalam pembayaran THR tidak ada perbedaan status
              kerja. Para pekerja outsourcing maupun pekerja kontrak, asalkan telah bekerja selama 1 bulan
              atau lebih dan masih memiliki hubungan kerja pada saat hari keagamaan berlangsung, maka
              berhak mendapatkan THR juga," ujar Indah.

              Ketentuan besarnya THR berdasarkan peraturan THR Keagamaan adalah satu bulan upah untuk
              pekerja/buruh  yang  mempunyai  masa  kerja  12  bulan  secara  terus  menerus  atau  lebih,
              sedangkan pekerja/buruh yang masa kerjanya satu bulan secara terus menerus sampai dengan
              kurang dari 12 bulan, berhak mendapat THR yang dihitung secara proporsional sesuai masa
              kerjanya.

              Penghitungan upah sebulan yakni upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih (clean
              wages) atau upah pokok termasuk tunjangan tetap.

              Dalam  hal  upah  terdiri  dari  upah  pokok  dan  tunjangan  tidak  tetap  maka  perhitungan  THR
              dihitung berdasarkan upah pokok.

              "Dari  perhitungan  upah  tersebut,  tidak  menutup  kemungkinan  perusahaan  juga  dapat
              memberikan  THR yang nilainya  lebih  besar dari  peraturan perundang-undangan,  dimana  hal
              tersebut  terlebih  dahulu  ditetapkan  dalam  perjanjian  kerja,  peraturan  perusahaan  atau
              perjanjian  kerja  bersama  atau  kebiasaan  yang  selama  ini  memang  telah  dilakukan  oleh
              perusahaan," ujarnya.

              Sedangkan pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian, upah satu bulan
              dihitung melalui dua ketentuan. Yakni memiliki masa kerja 12 bulan atau lebih (rata-rata upah
              yang diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya) dan masa kerja kurang dari 12 bulan
              (rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja).***

                                                           483
   479   480   481   482   483   484   485   486   487   488   489