Page 96 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 SEPTEMBER 2020
P. 96

TOLAK RUU CIPTA KERJA, KSPI: BOHONG KALAU OMNIBUS LAW DISAHKAN
              MAMPU SELESAIKAN RESESI
              JAKARTA,  - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menegaskan pihaknya tetap menolak
              omnibus law  RUU Cipta Kerja, khususnya klaster ketenagakerjaan.

              Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan,  omnibus law  tak mampu menyelesaikan masalah krisis
              ekonomi akibat pandemi Covid-19.

              "Sebaiknya pemerintah fokus dalam masalah covid 19, ancaman jutaan PHK, dan resesi ekonomi.
              Tidak perlu membahas Omnibus. Bohong kalau  Omnibus Law  disahkan akan menyelesaikan
              masalah resesi ekonomi, investor berbondong-bondong masuk ke indonesia, dan masalah PHK
              akan tertanggulangi," katanya melalui keterangan tertulis, Selasa (22/9/2020).


              Dia  menyebutkan,  tidak  ada  satu  pun  negara  di  dunia  yang  membuat  Omnibus  Law  dalam
              strategi menyelesaikan masalah tersebut.

              Buruh  meminta para menteri tidak usah berkomentar yang mengintimidasi rakyat dan  buruh
              dengan selalu mengatakan dalam waktu dekat  RUU Cipta Kerja  akan disahkan.

              Said menilai, hal itu hanya bertujuan sebagai  psywar,  intimidasi, dan menciptakan kepanikan
              untuk rakyat dan buruh.

              Menurut  dia,  berdasarkan  pernyataan  Pimpinan  DPR  RI,  Panja  Baleg,  dan  Fraksi  di  DPR  RI
              kepada buruh dalam tim perumus, tidak ada target waktu dalam  pembahasan RUU Cipta Kerja
              . Namun hanya ada target isi atau hasil RUU Cipta Kerja yang bisa diterima semua pihak.

              "Bahkan  Wakil  Ketua  DPR  RI  dan  Panja  Baleg  RUU  Cipta  Kerja  kepada  tim  perumus  yang
              dibentuk oleh DPR RI bersama serikat pekerja mengatakan tidak mungkin dalam waktu dekat
              hingga akhir tahun ini disahkan. Sekarang saja baru dibahas bab 7 dan bab 4 tentang klaster
              ketenagakerjaan  nanti  dibahas  terakhir.  Sementara  sikap  buruh  tetap  menolak  disahkan,"
              tegasnya.

              dia menekankan, sikap buruh yang sudah disampaikan kepada jajaran penjabat legislatif di DPR
              RI adalah keluarkan klaster ketenagakerjaan dari RUU Cipta Kerja atau tidak boleh mengubah,
              mengurangi isi UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

              "Bila ada permasalahan perburuhan yang belum diatur dalam UU No.13/2003 seperti penguatan
              fungsi  pengawasan  perburuhan,  peningkatan  produktifitas  melalui  pelatihan  dan  pendidikan,
              pengaturan  regulasi  pekerja  industri  startup,  pekerja  paruh  waktu,  pekerja  tenaga  ahli,  dan
              sebagainya dalam rangka meningkatkan investasi dan menghadapi revolusi industri 4.0 maka
              mari kita dialog untuk dimasukan dalam omnibus law. Tapi tidak boleh sedikitpun mengubah
              apalagi mengurangi isi UU No.13/2003," ujarnya.
              Adapun yang ditolak buruh dari Omnibus Law RUU Cipta Kerja antara lain hilangnya UMK dan
              UMSK, adanya upah padat karya, kenaikan upah minimal hanya pertumbuhan ekonomi tanpa
              menambah inflasi, PHK dipermudah, hak upah atas cuti hilang, cuti haid hilang.

              Bakal berlakunya karyawan kontrak seumur hidup, karyawan outsourcing seumur hidup, nilai
              pesangon  dikurangi  bahkan  komponennya  ada  yang  dihilangkan,  jam  kerja  eksploitatif,  TKA
              buruh kasar mudah masuk ke indonesia mengancam lapangan kerja untuk pekerja lokal, jaminan
              kesehatan dan pensiun hilang dengan berlakunya sistem kontrak, serta sanksi pidana dihapus.





                                                           95
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101