Page 211 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 APRIL 2021
P. 211

KEMNAKER: PEKERJA KONTRAK DAN OUTSOURCING BERHAK TERIMA THR!

              JAKARTA,  --  Pekerja  dengan  status  outsourcing  (alih  daya),  kontrak,  ataupun  pekerja  tetap
              (PKWT  dan  PKWTT)  berhak  menerima  Tunjangan  Hari  Raya  (  THR  )  Keagamaan.  Hal  ini
              ditegaskan oleh Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI
              dan Jamsos) Kemnaker, Indah Anggoro Putri.

              " THR Keagamaan wajib diberikan dalam bentuk uang rupiah dan paling lambat 7 hari sebelum
              hari raya keagamaan," katanya dikutip dari Suara.com (jaringan Ayobandung.com).

              Pembayaran THR Keagamaan ini sesuai Surat Edaran (SE) Nomor M/6/HK.04/IV/2021 tentang
              Pelaksanaan  Pemberian  Tunjangan  Hari  Raya  (  THR  )  Keagamaan  Tahun  2021  bagi
              Pekerja/Buruh  di  Perusahaan,  pada  prinsipnya  mewajibkan  pengusaha  untuk  memberi  THR
              Keagamaan secara penuh kepada pekerja/buruhnya pada H-7 Lebaran.

              Menurut Putri, ada tiga jenis pekerja/buruh yang berhak memperoleh THR Keagamaan. Pertama,
              pekerja/buruh berdasarkan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) atau PKWTT (Perjanjian
              Kerja Waktu Tidak Tertentu) yang memiliki masa kerja 1 bulan secara menerus atau lebih.

              Kedua, pekerja/buruh berdasarkan PKWTT yang mengalami PHK oleh pengusaha terhitung sejak
              H-30 hari sebelum hari raya keagamaan. Ketiga, pekerja/buruh yang dipindahkan ke perusahaan
              lain dengan masa kerja berlanjut, apabila dari perusahaan lama belum mendapatkan THR.

              " THR wajib dibayar penuh dan tepat waktu. Dalam pembayaran THR , tidak ada perbedaan
              status kerja. Para pekerja outsourcing maupun pekerja kontrak, asalkan telah bekerja selama 1
              bulan atau lebih dan masih memiliki hubungan kerja pada saat hari keagamaan berlangsung,
              maka berhak mendapatkan THR juga," ujar Putri.

              Ketentuan besarnya THR berdasarkan peraturan THR Keagamaan adalah 1 bulan upah untuk
              pekerja/buruh  yang  mempunyai  masa  kerja  12  bulan  secara  terus-menerus  atau  lebih,
              sedangkan pekerja/buruh yang masa kerjanya 1 bulan secara terus menerus sampai dengan
              kurang dari 12 bulan, berhak mendapat THR yang dihitung secara proporsional sesuai masa
              kerjanya.

              Penghitungan upah sebulan yakni upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih (clean
              wages); atau upah pokok termasuk tunjangan tetap. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan
              tunjangan tidak tetap maka perhitungan THR dihitung berdasarkan upah pokok.

              "Dari  perhitungan  upah  tersebut,  tidak  menutup  kemungkinan  perusahaan  juga  dapat
              memberikan  THR yang nilainya  lebih  besar dari  peraturan perundang-undangan,  dimana  hal
              tersebut  terlebih  dahulu  ditetapkan  dalam  perjanjian  kerja,  peraturan  perusahaan  atau
              perjanjian  kerja  bersama  atau  kebiasaan  yang  selama  ini  memang  telah  dilakukan  oleh
              perusahaan," ujar Putri.

              Para pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian, upah satu bulan dihitung
              melalui  dua  ketentuan,  yakni  memiliki  masa  kerja  12  bulan  atau  lebih  (rata-rata  upah  yang
              diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya) dan masa kerja kurang dari 12 bulan (rata-
              rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja).

              .








                                                           210
   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216