Page 65 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 MARET 2021
P. 65

banyak  mengirimkan  pekerja  migran  ke  Malaysia,  tempat  banyak  masalah  terjadi  dari
              prakeberangkatan.


              PRAPENEMPATAN AWAL PERSOALAN

              Niat calon pekerja migran Indonesia bekerja di luar negeri untuk mendapatkan upah tinggi kerap
              tidak sesuai harapan. Mereka tergiur janji manis calo yang merekrut ke desa desa.

              JAKARTA,  KOMPAS  -  Sengkarut  masalah  yang  menjerat  pekerja  migran  Indonesia  terjadi  di
              daerah  asal  sejak  fase  prapenempatan.  Banyak  oknum  bergentayangan  ke  daerah  miskin
              mengelabui warga dengan janji manis upah tinggi bekerja di luar negeri. Ada yang beruntung
              bekerja dengan upah dan kondisi kerja baik, tetapi tak sedikit yang terjebak upah murah.

              Amin  Shabana,  peneliti  Universitas  Muhammadiyah  Jakarta,  dalam  webinar  pada  Jumat
              (5/3/2021)  malam  memaparkan  hasil  penelitian  selama  tiga  tahun  terhadap  pekerja  migran
              Indonesia di Malaysia dan Hong Kong, yang banyak berasal dari Sumbawa dan Lombok (Nusa
              Tenggara  Barat)  serta  Cirebon  (Jawa  Barat).  Penelitian  menyangkut  pola  komunikasi  dalam
              jaringan pekerja migran Indonesia di luar negeri dengan keluarganya di Tanah Air. Dari tiga
              daerah sampel penelitian, Pulau Lombok paling banyak mengirimkan pekerja migran ke Malaysia,
              tempat banyak masalah terjadi dari prakeberangkatan.

              "Oknum ini pergi ke keluarga calon pekerja migran Indonesia melakukan pendekatan yang bisa
              diberangkatkan,  dengan  di-iming-imingi,  sehingga  bisa  memberangkatkan  dengan  jalur  tidak
              resmi," ungkap Amin.

              Untuk itu, pemerintah harus memiliki sistem lebih ketat dalam pengawasan, terutama terhadap
              calo atau sponsor yang mengatasnamakan perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia.
              Pemerintah dapat memanfaatkan aplikasi digital untuk memudahkan pekerja migran Indonesia
              melapor jika terjadi pelanggaran haknya.

              Webinar tentang pekerja migran Indonesia itu, terutama di Malaysia, diadakan Kompas dengan
              dukungan Sasakawa Peace Foundation, Jepang, bersama Malaysiakini.com. Acara ini bagian dari
              liputan mengenai pekerja migran Indonesia di Malaysia.

              Terkecoh calo

              Menurut  Amin,  pemerintah  menyiapkan  aplikasi  untuk  melacak  pekerja  migran  Indonesia,
              khususnya di Malaysia yang sering kali bermasalah. Aplikasi itu bisa melacak semua pekerja
              migran  Indonesia  berdokumen  lengkap.  Pekerja  migran  Indonesia  bisa  meregistrasi  aplikasi
              tersebut.

              "Aplikasi ini juga bisa diunduh majikannya. Di Malaysia, majikan harus memiliki  gaji minimal
              7.000 ringgit (Rp 24,5 juta) per bulan untuk bisa menggunakan jasa pekerja migran Indonesia,"
              ujarnya.

              Sebetulnya ada berbagai upaya untuk menekan risiko yang menimpa pekerja migran Indonesia,
              terutama sejak prapenempatan. Untuk itu, mesti ada pengawasan dan regulasi lebih ketat bagi
              calon pekerja migran Indonesia.

              Temuan lain di Malaysia, kebanyakan pekerja migran Indonesia bekerja dengan sistem kontrak.
              "Pria dari Lombok cukup banyak bekerja di pabrik. Kalau dari Cirebon, kebanyakan perempuan
              dan bekerja di sektor rumah tangga," ucapnya.





                                                           64
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70