Page 67 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 FEBRUARI 2021
P. 67

Dian  juga  menyoroti  syarat  peserta  JKP  sudah  mengiur  minimal  selama  12  bulan.  Padahal,
              terdapat buruh kontrak yang masa kerjanya selama 20 hari, 30 hari, hingga maksimal 3 bulan.
              Artinya, kelompok kerja tersebut berpotensi tidak memperoleh JKP Tak hanya itu, Dian juga
              menyoroti  rekomposisi  iuran  program  jaminan  sosial  sebagai  salah  satu  sumber  dana
              penyelenggaraan JKP Ia khawatir, rekomposisi tersebut berdampak pada pengurangan manfaat
              peserta, terutama jaminan hari tua. Dia berharap, anggaran pemerintah menjadi sumber dana
              utama.

              Wakil  Ketua  Umum  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  Bidang  Ketenagakerjaan  Bob  Azam
              menyebutkan, tenaga kerja di sektor formal telah terdaftar di BP Jamsostek. "Dalam pelaksanaan
              JKP,  pekerja  sektor  informal  yang  belum  tercakup  dalam  pendataan  BP  Jamsostek  perlu
              diperhatikan," ujarnya.

              Bob berharap, perusahaan tak perlu menambah iuran untuk JKP. Rekomposisi pengelolaan dana
              program jaminan sosial jadi salah satu jalan keluar dengan mempertimbangkan perbandingan
              antara jumlah pemasukan dari iuran terhadap realisasi pengeluarannya.

              Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Pasal 82 menambahkan JKP sebagai
              salah satu program jaminan sosial selain jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, hari tua, pensiun,
              dan kematian. Pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) berhak mendapat JKP.

              Pekerja yang terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BP Jamsostek)
              secara otomatis menjadi peserta JKP. Manfaat JKP berupa uang tunai, akses informasi pasar
              kerja, dan pelatihan kerja Nilai jaminan yang diberikan setara dengan upah selama 6 bulan.
              Tahun ini, pemerintah menganggarkan Rp 6 triliun sebagai modal iuran awal program itu.

              Lewat JKP, pekerja atau buruh yang di-PHK akan mendapat uang tunai selama 6 bulan. Selama
              3 bulan pertama setelah di-PHK, mereka akan menerima uang 45 persen dari upah per bulan
              yang terdaftar (dengan plafon maksimal Rp 5 juta per bulan). Sementara, untuk 3 bulan sisanya,
              buruh akan mendapat manfaat JKP sebesar 25 persen dari upah per bulan.

              Ketentuan  detail  mengenai  penyelenggaraan  program  JKP  diatur  dalam  RPP  yang  sudah
              rampung disusun pemerintah awal bulan ini. Kini, RPP itu sedang menunggu diundangkan.


              Kewajiban perusahaan
              Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah,  Kamis  lalu,  mengatakan,  perusahaan  wajib
              mendaftarkan pekerja di program JKP dan program Jamsostek lainnya. Perusahaan tidak perlu
              menanggung  iuran  bulanan  JKP  karena  akan  dibayarkan  pemerintah  lewat  APBN  dan  BP
              Jamsostek lewat rekomposisi iuran program JKK dan J KM dan dana operasional.

              Dengan mendaftarkan pekerjanya di JKP, beban perusahaan membayar pesangon saat PHK lebih
              ringan. "Jika tidak mendaftarkan pekerjanya di JKP, pengusaha harus menanggung pesangon
              sendiri, tanpa bantuan pemerintah," katanya.
              Ida  menambahkan,  pemerintah  akan  mendorong  peningkatan  kepesertaan  lewat  penegakan
              hukum bagi pemberi kerja yang mengabaikan kewajiban mendaftarkan pekerjanya. Sosialisasi
              aktif bersama BP Jamsostek akan dilakukan, tidak hanya ke pemberi kerja, tetapi juga para
              pekerja mandiri yang statusnya bukan penerima upah.
              Saat  ini,  masih  ada  persoalan  terkait  cakupan  kepesertaan  BP  Jamsostek  yang  minim.
              Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, peserta BP Jamsostek pada 2020 berjumlah 51,75 juta
              orang. Sebagai perbandingan, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja per Agustus 2020 ialah
              128,45 juta orang. Dengan demikian, kepesertaan BP Jamsostek saat ini baru mencakup 40
              persen dari total penduduk bekerja. (JUD/AGE)


                                                           66
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72