Page 164 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 JULI 2021
P. 164

KEMNAKER DAN ILO BAHAS PERLINDUNGAN PEKERJA SEKTOR PERIKANAN, APA
              HASILNYA?
              Jakarta  -  Kementerian  Ketenagakerjaan  dan  International  Labour  Organization  (ILO)
              menyelenggarakan  diskusi  Program  Ship  to  Shore  Rights  Southeast  Asia  untuk  memperkuat
              kerangka  hukum,  kebijakan,  dan  peraturan  terkait  migrasi  tenaga  kerja  sektor  perikanan,
              pemrosesan hasil perikanan, serta boga bahari di Asia Tenggara.

              Sekjen  Kemnaker,  Anwar  Sanusi,  selaku  co-chair  National  Programme  Advisory  Committee
              (NPAC) Meeting, menjelaskan, diskusi konsultasi secara virtual ini bertujuan untuk memberikan
              kesempatan berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan relevan untuk mengidentifikasi
              area aksi prioritas.

              "Selama diskusi, didapatkan informasi bahwa beberapa pemangku kepentingan telah memiliki
              atau dalam proses mendirikan pusat-pusat layanan untuk sektor perikanan dan pengolahan hasil
              ikan," kata  Anwar  Sanusi  dalam diskusi  Program  Ship to  Shore  Rights  Southeast  Asia,  Rabu
              (21/7/2021).

              Dia  menjelaskan,  bahwa  dialog yang  secara  luas  melibatkan  para pemangku  kepentingan di
              Indonesia ini bertujuan menangkap berbagai pandangan yang beragam dan representatif dari
              pekerja, pemberi kerja, pemerintah, sektor swasta, para pembeli, organisasi non pemerintah,
              masyarakat sipil, peneliti, dan para mitra pembangunan.

              "Para  peserta  banyak  gagasan  dan  usulan  kegiatan.  Banyak  permasalahan  dalam  sektor
              perikanan muncul dan didiskusikan dan solusi pun ditawarkan dengan niat untuk memperbaiki
              situasi, agar dapat lebih mendukung dan melindungi para pekerja migran," katanya.

              Selain  itu,  beberapa  pemangku  kepentingan  mengusulkan  adanya  dukungan  bagi
              pengembangan lebih lanjut dari apa yang sudah mereka milii. Namun hingga saat ini, masih
              terkendala adanya ketidaktepatan dalam memahami lingkup dan keefektifan layanan yang saat
              ini diberikan, serta termasuk apa yang dapat dikembangkan kemudian.

              "Misalnya, Kemnaker kini telah memiliki Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) di beberapa lokasi.
              Terkait  awak  kapal  ikan,  beberapa  peserta  merasa  perlu  untuk  meng-upgrade  kurikulum
              pelatihan maritim yang saat ini ada untuk memastikan bahwa kurikulum tetap relevan dengan
              kebutuhan awak kapal ikan migran bekerja di kapal-kapal ikan asing," ujarnya.

              Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Program Nasional, Ship to Shore Rights Southeast
              Asia (SEA) Programme ILO, Alberta Bonasahat, mengungkapkan tujuan lain dari diskusi Ship To
              Shore Rights SEA ini yaitu, melindungi hak-hak tenaga kerja dan mendorong lingkungan kerja
              yang aman dan nyaman, bagi para pekerja migran sepanjang siklus migrasi, mulai dari masa
              perekrutan hingga akhir masa kontrak kerja.

              Selanjutnya memberdayakan pekerja migran, keluarga mereka, organisasi, dan komunitasnya
              dalam mendorong terwujudnya dan menjalankan hak-hak mereka.

              "Gagasan dan usulan aksi yang mengemuka dalam dialog ditangkap dan di dokumentasi, area
              aksi  prioritas  akan  menjadi  dasar  pengembangan  rencana  kerja  Ship  to  Shore  Rights  SEA
              Indonesia," pungkas Albert.









                                                           163
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169