Page 219 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 DESEMBER 2021
P. 219

Ringkasan

              Ketua  Fraksi  PDIP  DPRD  DKI  Jakarta,  Gembong  Warsono  menyoroti  revisi  upah  minimum
              provinsi (UMP) DKI Jakarta dari 0,85 persen (Rp 38 ribu) menjadi 5,1 persen (Rp 225 ribu).
              Menurut Gembong, jika melakukan revisi, seharusnya Pemerintah Provinsi DKI memiliki dasar
              yang kuat, alih-alih dari perubahan sepihak.



              PDIP SEBUT ANIES CIPTAKAN KEGADUHAN KARENA NAIKAN UMP DKI
              Ketua  Fraksi  PDIP  DPRD  DKI  Jakarta,  Gembong  Warsono  menyoroti  revisi  upah  minimum
              provinsi (UMP) DKI Jakarta dari 0,85 persen (Rp 38 ribu) menjadi 5,1 persen (Rp 225 ribu).
              Menurut Gembong, jika melakukan revisi, seharusnya Pemerintah Provinsi DKI memiliki dasar
              yang kuat, alih-alih dari perubahan sepihak.
              "Saya kemarin itu telepon Dinas Tenaga Kerja (DKI), malah akan ada revisi lagi. Jadi tidak ada
              kepastian hukum. Jadi saya pikir Anies ini mau menciptakan kegaduhan terhadap rakyatnya,"
              kata Gembong, Selasa (21/12).

              Dia  menambahkan,  langkah  yang  dilakukan  Anies  berpotensi  menciptakan  suasana  tidak
              kondusif  antara  pengusaha  dengan  buruh.  Meskipun,  kata  dia,  hal  itu  tetap  didukung  para
              pengusaha yang bisa mengikuti revisi dari perubahan UMP 2022.

              "Tapi bagaimana dengan pengusaha yang tidak mampu? Kan dasar Pergub ini kan buat semua
              tenaga kerja," tutur dia.

              Dengan dasar itu, lanjut Gembong, Anies telah menciptakaan kegaduhan. Dikatakannya, hal itu
              diimplementasikan  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo)  dengan  langsung  ke  PTUN  untuk
              menggugat revisinya. "Jadi kepercayaan buruh ke pengusaha tidak kondusif lagi. Jadi nanti kami
              Komisi B bakal panggil lagi untuk tanya dasar revisinya," kata dia.

              Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan mengatakan, kenaikan UMP DKI Jakarta sesuai
              arahan  Kemenaker  sebelumnya  yang  hanya  0,85  persen,  tidak  bisa  diberlakukan  di  Jakarta.
              Terlebih, ketika kenaikan sebesar Rp 38 ribu itu diklaim Anies tidak adil.

              "Maka  itu,  kami  merasa  formula  yang  diberikan  kepada  kami,  khususnya  di  Jakarta,  tidak
              memberikan rasa keadilan," kata Anies saat ditemui di Masjid Sunda Kelapa, Ahad (19/12).

              Anies memerinci, kenaikan UMP sebesar 0,85 persen tidak masuk akal jika melihat inflasi di
              Jakarta yang ada di angka 1,1 persen. Menurut dia, UMP sudah seharusnya berada di atas angka
              inflasi. "Di mana-mana kalau kenaikan UMP ada di atas inflasi," jelas dia.

              Anies tidak setuju dengan tudingan adanya para pengusaha yang tidak menerima keputusan itu.
              Menurut Anies, para pengusaha merupakan pihak yang justru bisa merasakan jika pertambahan
              angka pada pendapatan buruh terlalu kecil.
              "Karena  itulah  untuk  memberikan  rasa  keadilan  pada  semua,  bagi  buruh,  ada  pertambahan
              pendapatan yang masuk akal," kata dia.

              Keputusan Anies didukung Wakil ketua dewan Perwakilan Daerah (DPD), Sultan B Najamudin
              memuji  kebijakan  menaikkan  UMP  Anies  Baswedan.  Ia  menganggap,  kebijakan  itu  bentuk
              keberpihakan kepada kelompok buruh.






                                                           218
   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223   224