Page 242 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 DESEMBER 2021
P. 242
WAGUB DKI KLAIM PARA PENGUSAHA TAK KEBERATAN SOAL KENAIKAN UMP
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut pengusaha yang tergabung dalam
Dewan Pengupahan tidak keberatan jika Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI 2022 naik hingga 5
persen saat pembahasan soal UMP.
"Para rapat awal di Dewan Pengupahan, semua pihak bahkan pengusaha tidak keberatan ada
peningkatan sampai lima persen," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, di Balai
Kota Jakarta, Selasa (21/12).
Namun, Riza menjelaskan lebih detail pengusaha yang tidak keberatan jika UMP DKI 2022 untuk
upah pekerja pemula itu naik hingga 5 persen.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 107 tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan, anggota
dewan pengupahan di tingkat provinsi terdiri dari, unsur pemerintah, organisasi pengusaha,
serikat pekerja/serikat buruh, serta perguruan tinggi dan pakar.
"Waktu itu kami coba putuskan, sesuai dengan PP. Setelah dilihat angkanya kecil, sehingga
akhirnya pemprov, gubernur mengambil kebijakan untuk memenuhi rasa keadilan, maka
disesuaikan angkanya dengan ditingkatkan menjadi 5,1 persen," ucapnya.
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta telah menetapkan besaran kenaikan UMP 2022 mencapai
Rp37.749 atau naik 0,8 persen dari Rp4.416.186 menjadi Rp4.493.724.
Padahal, lanjut dia, selama enam tahun terakhir kenaikan UMP rata-rata 8,6 persen atau selalu
di atas inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
"Sehingga akhirnya pemprov, gubernur mengambil kebijakan untuk memenuhi rasa keadilan,
maka disesuaikan angkanya sehingga ditingkatkan menjadi 5,1 persen," imbuh Riza.
Gubernur DKI kemudian merevisi penetapan kenaikan UMP 2022 dari 0,8 persen menjadi 5,1
persen atau mencapai Rp225.667 menjadi Rp4 641.854.
Keputusan merevisi penetapan UMP itu diprotes asosiasi pengusaha salah satunya dari Ketua
Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani.
Sebelumnya, ia menilai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melanggar regulasi pengupahan
terkait revisi besaran kenaikan upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta tahun 2022.
"Di dalam hal ini, kami melihat bahwa kepala daerah, Gubernur DKI Jakarta, telah melanggar
regulasi pengupahan yaitu yang ada di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2021
tentang Pengupahan," kata Haryadi dalam konferensi pers daring di Jakarta, Senin (20/12).
Hariyadi menuturkan, ketentuan dalam PP Pengupahan yang dilanggar khususnya Pasal 26
tentang Tata Cara Perhitungan Upah Minimum; Pasal 27 mengenai UMP; serta Pasal 29
mengenai waktu penetapan upah minimum yang seharusnya untuk provinsi selambatnya pada
21 November 2021.
Selain itu, Gubernur DKI Jakarta juga dinilai melakukan revisi UMP secara sepihak tanpa
memperhatikan pendapat dunia usaha.
"Dalam hal ini Apindo DKI Jakarta telah menyatakan keberatannya tersebut karena hal tersebut
apabila dilakukan akan melanggar PP 36/2021," katanya.
(Antara).
241