Page 201 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 MARET 2021
P. 201

Plt. Dirjen PHI dan Jamsostek Kemnaker Tri Retno Isnaningsih mengatakan dalam PP 36 tahun
              2021 itu dalam pasal 21 diatur mengenai struktur skala upah. Oleh karena itu, ia menghimbau
              kepada perusahaan-perusahaan untuk segera membuat struktur dan skala upah .

              Menurutnya, secara umum kebijakan pengupahan yang diatur dalam undang-undang Cipta kerja
              dan PP ini meliputi, pertama penetapan upah minimum yang proporsional dan implementatif, ini
              merupakan suatu tools untuk menetapkan upah minimum yang proporsional dan implementasi.

              "Kedua, kita juga mengatur mengenai struktur dan skala upah. Untuk upah yang berkeadilan.
              Untuk itu saya mohon nanti perusahaan-perusahaan untuk bisa segera membuat struktur dan
              skala  upah  di  setiap  perusahaannya,"  kata  Tri  Retno  dalam  Talkshow  Peraturan  Pemerintah
              Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan, Selasa (2/3/2021) Ia menegaskan struktur dan
              skala upah ini penting sekali, karena nantinya peraturan tersebut akan digunakan oleh pekerja
              untuk menetapkan upahnya pada saat ia bekerja pada berapa tahun ke depan.

              "Upahnya  sudah  sampai  berapa,  ini  merupakan  kewajiban  yang  harus  dilakukan  oleh
              perusahaan," katanya.

              Adapun bunyi Pasal 21 yang mengatur terkait struktur dan skala usaha dalam PP 36 tahun 2021:
              1) Pengusaha wajib menyusun dan menerapkan struktur dan skala Upah di Perusahaan dengan
              memperhatikan kemampuan Perusahaan dan produktivitas.
              (2) Struktur dan skala Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberitahukan kepada
              seluruh  Pekerja/Buruh  secara  perorangan  (3)  Struktur  dan  skala  Upah  yang  diberitahukan
              sekurang-kurangnya  struktur  dan  skala  Upah  pada  golongan  jabatan  sesuai  dengan  jabatan
              Pekerja/Buruh yang bersangkutan.

              .

              Direktur Pengupahan, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
              Tenaga  Kerja  (Ditjen  PHI  JSK),  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemnaker),  Dinar  Titus
              Jogaswitani memastikan setiap pekerja atau buruh yang melakukan cuti tetap dibayarkan hak
              upahnya.

              Ketentuan  ini  tertuang  dalam  Peraturan  Pemerintah  (PP)  Nomor  36  Tahun  2021  tentang
              Pengupahan yang baru disahkan beberapa waktu lalu.

              Terkait dengan yang jadi pertanyaan upah cuti tidak bayar, karena temen-temen sakit nggak
              dibayar,  terus  yang  haid  tidak  dibayar,  itu  tidak  benar!,"  tegas  dia  dalam  acara  Talkshow
              Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan, Selasa (2/3/2021).

              Dinar mengungkapkan, dengan terbitnya PP No 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan tak serta
              merta menghapus berbagai aturan yang dimuat dalam PP No.78/2015 tentang pengupahan.
              Salah satunya terkait ketentuan tentang hak cuti yang tetap dibayar.

              "Jadi, meskipun PP (78 Tahun 2015 tentang Pengupahan) di cabut. Namun, substansi isinya
              banyak yang dimaksudkan dalam pp Pengupahan," terangnya.

              Dalam materi pemaparannya, aturan hak cuti PP 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan diatur
              dengan jelas dalam bab 7 pasal 40. Di mana pada Ayat 1 memang disebutkan bahwa upah tidak
              dibayar  apabila  tidak  masuk  bekerja  atau  tidak  melakukan  pekerjaan.  Tetapi  pada  ayat  2
              berbunyi bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak berlaku dan pengusaha wajib
              membayar  upah  jika  pekerja/buruh:  a.  Berhalangan;  b.  Melakukan  kegiatan  lain  di  luar
              pekerjaannya;  c.  Menjalankan  hak  waktu  istirahat  atau  cutinya;  atau  d.  Bersedia  melakukan
              pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak memperkerjakannya karena kesalahan
              pengusaha sendiri atau kendala yang seharusnya dapat dihindari pengusaha.

                                                           200
   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206