Page 103 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 AGUSTUS 2020
P. 103

Wakil Ketua M PR Hidayat Nur Wahid mengapresiasi hal tersebut namun Hidayat meminta koreksi
              dan keberatan dari beberapa elemen bangsa lainnya menyangkut RUU Ciptaker dapat menjadi
              atensi DPR.

              "Beberapa  kesepakatan  yang  mengakomodasi  koreksi  dan  kepentingan  buruh  itu  perlu
              diapresiasi. DPR juga harus konsekuen melaksanakan kesepakatan itu. dengan memasukkannya
              ke dalam aturan perundangan," kata Hidayat, di Jakarta, Senin (24/8).

              Hidayat  pun  menyebut.  "Demi  kemaslahatan  semuanya,  DPR  juga  perlu  mendengarkan  dan
              mengakomodasi banyak kritik dan penolakan dari elemen-elemen bangsa lainnya, seperti yang
              disampaikan  oleh  Muhammadiyah.  Nahdlatul  Ulama,  Majelis  Ulama  Indonesia  dan  lain  se-
              bagainya."

              Menurut  Hidayat  persoalan  yang  ada  dalam  RUU  Ciptaker.  bukan  hanya  ketentuan  klaster
              ketenagakerajaan. Hidayat menyatakan banyak substansi menimbulkan penolakan dari berbagai
              elemen bangsa.
              Misalnya mengenai pers, jaminan produk halal, lingkungan hidup, pendidikan, dan hubungan
              pusat dengan daerah. Hidayat menyoroti Pasal 170 RUU Ciptaker yang memberi kewenangan
              berlebih kepada pemerintah menyangkut proses legislasi.

              Hidayat berharap DPR bekerja secara cermat dan tidak tergesa-gesa dalam membahas RUU
              inisiatif pemerintah tersebut. "DPR juga harusnya menyelamatkan hak konstitusional DPR dalam
              kuasa membuat UU dengan mengeritisi munculnya Pasal 170 RUU Ciptaker itu," tegas Hidayat.

              Sebelumnya. Ketua DPR

              Puan  Maharani  menegaskan  pembahasan  RUU  Ciptaker  dilakukan  dengan  hati-hati  dan
              transparan. Menurut Puan. DPR sangat memerhatikan berbagai masukan dari seluruh komponen
              bangsa.

              "Pembahasan RUU Cipta Kerja dilakukan secara cermat, hati-hati, transparan, terbuka, dan yang
              terpenting adalah mengutamakan kesinambungan kepentingan nasional. baik di masa sekarang
              maupun di masa yang akan datang." ujar Puan, belum lama ini.

              Sementara itu. Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Supratman Andi Agtas menyatakan Panitia
              Kerja  RUU  Ciptaker  menargetkan  RUU  Ciptaker  disahkan  pada  awal  Oktober  2020.  Demi
              mewujudkan itu. Supratman menjelaskan DPR akan bekerja secara maksimal.
              Sebanyak 50 sampai 100 daftar inventarisasi masalah (DIM) bakal dibahas setiap harinya. RUU
              Ciptaker  menyisakan  sekitar  1.700  DIM.  Menurut  Supratman  apabila  berjalan  lancar,
              pembahasan

              DIM rampung pada pertengahan September 2020.

              Supratman  menuturkan  sejumlah  norma  usulan  pemerintah  telah  dirombak.  Contohnya  soal
              kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda). Awalnya kewenangan pemda
              diambil alih pemerintah pusat. Namun dalam perkembangannya. sudah dikembalikan lagi ke
              pemda.  Adapun  kesepakatan  DPR  dan  perwakilan  organisasi  buruh  pada  21  Agustus  2020.
              antara lain, mendasarkan materi muatan klaster ketenagakerjaan RUU Ciptaker dengan putusan
              Mahkamah Konstitusi (MK). Terdapat delapan putusan M K menyangkut ketenagakerjaan antara
              lain perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), upah, pesangon, hubungan kerja, dan pemutusan
              hubungan kerja. Kemudian, mengembalikan sanksi pidana ketenagakerjaan dalam RUU Ciptaker
              sesuai ketentuan UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dengan proses yang dipertimbangkan
              secara seksama. [C-6]


                                                           102
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108